AUSTRALIA – Sebanyak 30 tipe infeksi baru ditemukan di dunia hanya dalam tiga dekade terakhir. Tiga perempat nya bersifat zoonosis, yakni menular dari hewan ke manusia.
Fakta mengejutkan tersebut diungkap oleh tim peneliti dari Australian National University (ANU) menyusul publikasi kasus penemuan cacing hidup di otak manusia.
Dipublikasikan dalam jurnal Emerging Infectious Diseases, kasus tersebut menyoroti tertularnya seorang wanita dengan parasit yang umumnya ditemukan di ular piton.
Cacing gelang Ophidascaris robertsi itu masih hidup dan berukuran sekitar delapan sentimeter ketika ditarik keluar dari otaknya.
Para peneliti kemudian berasumsi sang wanita tertular cacing gelang setelah menggunakan sejenis rumput asli, sayuran warrigal, untuk memasak.
Rumput itu disebutkan tumbuh di sekitar danau di kawasan tempat tinggalnya, yang juga merupakan rumah untuk ular piton karpet.
Rerumputan yang dikonsumsi sang wanita dicurigai telah terkontaminasi oleh kotoran sang ular piton yang mengandung telur-telur cacing gelang.
Oleh sebab itu, peneliti memperingatkan masyarakat yang kerap mengambil tanaman untuk dikonsumsi agar mencucinya terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya.
Peneliti juga memperingatkan bahwa ini menyoroti meningkatnya bahaya penyakit dan infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Terlebih mengingat semakin bertambahnya populasi, yang kemudian mendorong semakin dekat dan merambahnya manusia ke daerah yang dihuni hewan-hewan tertentu.
“Infeksi Ophidascaris ini tidak menular antarmanusia, sehingga tidak menyebabkan pandemi seperti SARS, COVID-19, atau Ebola,” kata pakar penyakit menular Canberra Hospital Sanjaya Senanayake, dikutip dari CNN.
“Namun, ular dan parasit tersebut juga ditemukan di belahan dunia lain, sehingga kemungkinan besar kasus-kasus lain akan terdeteksi di negara-negara lain di tahun-tahun mendatang,” tambahnya.
Baca juga: Tim Dokter di Australia Terkejut Temukan Cacing Hidup di Otak Manusia
