JAKARTA – Rupiah terus melemah, bahkan di hari ini, Senin (29/4) nilai tukar rupiah terhadap dolar diketahui jatuh ke ambang batas hingga Rp16.255 terhadap dolar Amerika.
Dalam pembicaraan dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Hurriyah mengatakan bila sinyal negatif atas keterpilihan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam kontes Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) kemarin menjadi salah satu pencetus menurunnya nilai rupiah.
Perlu diketahui, nilai rupiah terus terus masuk ke pusaran paling rendah dalam empat tahun terakhir.
Kontan merilis bila nilai tukar rupiah di pasar spot terus tertekan hingga akhir perdagangan hari ini.
Senin (29/4), rupiah spot ditutup di level Rp 16.255 per dolar Amerika Serikat (AS)
Ini membuat rupiah spot melemah 0,28% dibanding penutupan Jumat (26/4) di Rp 16.210 per dolar AS.
Alhasil, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia.
“Kalau saya melihat sinyal negatifnya bisa kita lihat dari menurunnya kepercayaan kelompok bisnis, kemudian semakin menurunnya nilai rupiah. Ini kan menjadi sinyal awal, orang merasa wah Prabowo gimana nih,” ungkap Hurriyah.
“Waktu pemilu ia menjanjikan program Pak Jokowi, ia mau memperlihatkan sisi menyenangkan sebagai kandidat. tapi karakter asli tidak bisa diubah. itu pasti akan dipertimbangkan bagi kelompok bisnis,” tambahnya lagi.
Gaya Jokowi dan Ahok Lebih Akrab Dengan Pebisnis
Gaya kepemimpinan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat memimpin Jakarta dinilai Hurriyah cukup mampu memberi iklim positif bagi pebisnis.
Pasalnya, meski menunjukkan sikap anti kritik, namun relasi kedua tokoh tersebut dengan para pebisnis cukup baik.
“Saya ambil contoh Jakarta misalnya Jokowi ahok mapun Ahok Djarot gaya Ahok yang sangat ceplas ceplos berkata kasar kadang sesekali menunjukkan sikap anti kritik. Tapi dia memiliki relasi yang baik ke pebisnis. Artinya dia memberikan garansi ke pebisnis. Dia sebagai gubernur dia oke mau beri ini. Jadi oke,” ungkap Hurriyah.
Menurutnya iklim investasi juga cukup gencar di era pemerintahan Joko Widodo sebagai presiden. Padahal, lanjutnya, Jokowi memiliki gaya kepemimpinan yang anti kritik.
Sistem kepemimpinan Jokowi ini dianggap mampu membuat kelompok pebisnis merasa nyaman karena diberi jaminan.
“Pemerintah langsung memberikan garansi. Jadi pemerintahlah yang akan berhadapan dengan masyarakat ketika masyarakat mengkritik, ketika aktivis memprotes,” ungkapnya lagi.
Prabowo Tidak Sama Dengan Jokowi
Meski sama-sama disebut sebagai pemimpin anti kritik, namun Hurriyah menilai gaya kepemimpinan Prabowo Subianto dan Joko Widodo tidak sama.
Yang membedakan keduanya adalah sikap jokowi yang dinilai lebih santun ketimbang Prabowo yang terbuka.
“Tetapi gaya pesonanya Jokowi tidak seperti Prabowo yang ngomong blak-blakan,” ungkapnya.
Meski demikian, lanjutnya, Hurriyah pesimis Prabowo dan Gibran dapat memenuhi janji politiknya yang bombastis.