22.4 C
Indonesia

Jumlah Usia Kerja di Indonesia Masih Sangat Tinggi

Must read

JAKARTA – Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia beberapa waktu lalu, diketahui bila dari 272 penduduk Indonesia terdapat 211,59 juta masyarakat yang masuk dalam kategori usia kerja.

Demikian dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Sekjen Kemnaker) Anwar Sanusi saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu di ruang kerjanya di Gatot Subroto. 

“Ini cukup besar dan menurut saya membuat sebuah kondisi bahwa jumlah usia kerja ini sangat besar terutama bila dilihat dari struktur demografi saat ini,” ujarnya.

Dari mereka yang masuk dalam kategori sedang bekerja, lanjutnya, saat ini ada di antaranya yang masuk dalam kategori angkatan kerja dan ada yang tidak masuk dalam kategori angkatan kerja.

Mereka yang tidak mask Angkatan kerja ini terjadi karena mereka belum bekerja karena alasan mereka masih sekolah, mash bersama orang tua dan lain sebagainya.

Dan, dari angkatan kerja tersebut, masih kata pria bergelar professor itu, terdapat penduduk dengan kategori pekerja dan mereka yang tidak bekerja atau disebut pengangguran.

“Angkatan pengangguran kita ini cukup besar kalau kita lihat menurun ya dari Februari 2022 sama Februaru 2023, year to year,” ungkapnya.

Dari data yang disebutkan Anwar, saat ini jumlah pengangguran di indonesia mencapai angka 7,99 juta orang.

“Artinya jangan kita gunakan barometer dengan Jepang kan 2 persen ya mereka yang pengangguran, bahkan Singapura itu hanya 1 persen,” kata Anwar.

Sementara itu, dari hasil sensus BPS (badan pusat statistik) tersebut diketahui juga bahwa jumlah penduduk yang aktif bekerja saat ini mencapai angka 138,63 juta jiwa.

Dan, dari 138,63 juta jiwa penduduk yang bekerja, ada di antaranya yang bekerja paruh waktu dan bekerja penuh waktu. Dan jumlah pekerja paruh waktu ini mencapai angka 3,66 juta orang.

“Dan ada yang setengah menganggur, setengah menganggur itu kadang-kadang ada pekerjaan-kadang ada pekerjaan,” ungkapnya.

Tantangan Dunia kerja Kita Apa?

Kondisi demografi kita baik, lanjut Anwar, hal ini terjadi karena angkatan kerja di indonesia saat ini sangat tinggi. 

Hal ini yang membuat indonesia masuk dalam kategori bonus demografi.

“Dia ada semacam deviden yang memang keuntungan penduduk yang sebenarnya tidak semua negara mengalami hal semacam ini. Bahkan negara seperti Jepang, China, Korea, Eropa, singapura,” ungkapnya.

Menurutnya, negara-negara maju tersebut mengalami penduduk dalam posisi menua, artinya dalam postur demografi mereka banyak diantaranya yang masuk dalam usia menua atau disebut dengan silver age.

Dan bila Indonesia berhasil mengatur keuntungan bonus demografi ini dengan baik, Anwar menilai Indonesia akan mendapat keuntungan yang besar.

Karena Indonesia akan memiliki stok SDM (sumber daya manusia) yang sangat banyak dan siap dijadikan sebagai tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Angkatan Kerja Digital

Keuntungan lain yang diperoleh saat ini adalah banyaknya tenaga kerja muda yang ahli teknologi baik itu di bidang pertanian hingga jasa-jasa lainnya. Dan akibatnya pekerjaan yang sifatya manual akan menurun dan akan digantikan oleh digital. 

Tantangannya apa?

Rata-rata saat ini angkatan kerja di Indonesia masih menggunakan cara manual meskipun 25 persen tenaga kerja muda yang ahli dalam teknologi.

Namun kesenjangan digital justru sekarang muncul dimana sekarang muncul sekelompok orang yang sangat ahli digital muncul namun ada sekelompok lain yang tidak mengerti sama sekali.

“Kesenjangan digital juga muncul karena akses yang belum terlalu setara. Ada kelompok di Indonesia yang kita sebut 3 T ya. Ada yang Tertinggal, ada yang Terdepan, dan ada yang Terluar dan termiskin juga. Jadi daerah 3 T ini masih banyak yang belum punya akses dengan internet tadi,” ungkapnya.

Ahli Teknologi Sekarang Mendominasi Dunia kerja

Dunia kerja sekarang menurut Anwar dipenuhi oleh generasi muda yang memahami teknologi namun mereka juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan mereka adalah dari sisi ilmu pengetahuan umum yang sangat luar biasa. Namun bila tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan efek yang negatif.

“Anak-anak generasi Z dan generasi Y ini jiwa kemandiriannya sangat tinggi. Mereka pengen ya udah lebih tepat yang sifatnya solitare. Bekerja sendiri di kamar dan tidak terputus dari dunia sosial digital,” ungkapnya.

Namun, lanjutnya, kelemahan tenaga kerja yang ahli dalam bidang ini adalah mereka tidak memiliki pertemanan sosial dan tidak loyal dalam bekerja.

“Orang nggak loyal itu bosenan. Mereka pengen tantangan baru,” katanya.

Apa Yang Harus Dilakukan?

Menurut Anwar hubungan industrial dan hubungan relasional dengan pekerja harus kita ubah.  Sistem yang harus dibuat adalah kolaboratif, bukan instruktif lagi.

Proses komunikasi dua arah ini dinilai oleh Anwar akan lebih efisien ketimbang membangun hubungan industri yang satu arah saja.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru