23.4 C
Indonesia

Inilah Riwayat Putri Hijau, Ratu Aru Dari Sumatera Timur

Must read

JAKARTA – Riwayat Kerajaan Aru di Sumatera Timur selalu identik dengan keberadaan Putri Hijau atau kerap disebut sebagai Ratu Aru.

Siapa sebenarnya Ratu Aru ini? Dan, mengapa keberadaannya sangat melegenda?

Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Suprayitno mengatakan bila kisah perempuan yang terkenal akan kecantikannya ini banyak diakui di beberapa tempat seperti Deli Tua, Teluk Haru, Gayo, Silo Buntu (Simalungun), Sei Panai dan Alas.

Namun kisah ini sangat popular khususnya dikawasan pesisir timur Sumatera Utara yang langsung berbatasan dengan selat Malaka. 

“Kisah Putri Hijau ini  banyak dikenal terutama pada masyarakat Aceh, Karo, Melayu dan Simalungun,” ungkap Suprayitno dalam bukunya berjudul Aru dan Benteng Putri Hijau.

Bahkan, lanjutnya, penulis buku sejarah Brahmoputro yang terbit tahun 1981 juga mengatakan bila Putri Hijau adalah wanita yang berasal dari suku karo. 

Wanita yang bermarga Sembiring Meliala ini menikah dengan Maha Raja Haru Sicapah dan menjadi permaisuri di Kerajaan Haru Sicapah.

Tak hanya itu, kata Suprayitno lagi, seorang penulis buku sejarah lain bernama Husny yang diterbitkan tahun 1975 mengatakan bila  Putri Hijau adalah adik dari Raja Haru Dewa Syahdan yang ditawan oleh pasukan Aceh saat berada di bawah pimpinan Gotjah Pahlawan.

“Tetapi Mohd. Said (1981) percaya bahwa Putri Hijau adalah permaisuri Sultan Husin, (Aru)  yang berhasil membangun kembali Istana Aru tahun 1540, setelah dihancurkan pasukan Aceh tahun 1539,” tulis Suprayitno.

Suprayitno mengatakan bila pada tahun 1520 Raja Aru bernama Sultan Husin sempat berangkat ke Bintan untuk menemui Raja Melaka, Sultan Mahmud Syah yang mundur ke Bintan setelah Istananya dihancurkan oleh Portugis.

Husin ingin membangun aliansi dengan penguasa Melaka dengan menikahi Putri Sultan Mahmud Syah.

“Menurut sejarah Melayu, ada rombongan besar penguasa Melayu dari Johor dan Bintan mengiringi raja Husin dan Putri Melaka ke Istana Aru,” tulis Suprayitno lagi.

Penulis sejarah Luckman Sinar mengatakan bila peristiwa di atas adalah bagian dari Melayunisasi Istana Aru.

Dan, 13 tahun kemudian, tepatnya di tahun 1539, Sultan Husin tewas dalam dua kali serangan Aceh ke Aru, tepatnya di bulan Januari dan November. 

Pinto dalam bukunya yang diterbitkan tahun (1653) menuliskan bila Putri Sultan Melaka bernama Enche Siny mampu meloloskan diri dari peperangan antara Aru dan Aceh.

Ia kemudian meminta bantuan ke Portugis untuk menyerang Aceh yang sudah menduduki Aru.

Tetapi ditolak Portugis karena Portugis masih trauma dengan kekalahan mereka saat menghadapi Aceh di Pidi dan Pasai. 

Putri Hijau kemudian berangkat ke Johor untuk meminta bantuan penguasa Johor. 

Johor pun bersedia membantu dengan syarat Puteri Hijau harus bersedia menjadi istrinya.

“Mungkin karena kecantikannya atau mereka sama-sama keturunan Dinasti Melaka,” kata Suprayitno.

Gabungan pasukan Johor, Jambi, Kampar dan Indera Giri, akhirnya mampu mengusir pasukan Aceh dari Aru tahun 1540. 

“Peristiwa serangan Armada Johor mengusir Aceh dari Aru, dikomfirmasi oleh Pinto dalam bukunya,” katanya lagi.

Selain itu, kata Suprayitno, Pinto juga mencatat bahwa Enchek Siny bersedia menikah dengan Raja Johor.

Dan, Raja Johor memenuhi janjinya dengan mengirimkan armada perang berupa Lanchara, Calalules berkekuatan 200 pelaut, dan 15 Junk, 2000 prajurit, 400 angkatan laut (mariner) dan budak budak ke Aru dipimpin oleh seorang Laksamana. 

Armada Johor ini diberangkatkan dari Kampar dan Bintan. 

Setelah berhasil mengusir Aceh dari Aru, maka dalam 12 hari benteng berhasil dibangun kembali menjadi lebih kuat dari pada sebelumnya dengan menambah dua buah benteng lagi.  

Namun, pada tahun 1564, Aru kembali ditaklukkan Aceh. Di bawah kekuasaan Raja Abdullah putera tertua dari  Sultan Alauddin dari Aceh (1537-71). 

Raja Aru kemudian tewas dalam pertempuran merebut kota Melaka dari Portugis pada tahun 1568. 

Namun tiga puluh satu tahun kemudian, tepatnya di tahun 1599, dengan bantuan Johor, Kerajaan Aru/Ghori berhasil mendepak Aceh dari Bumi Aru.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru