30.4 C
Indonesia

Dilelang Mei Nanti, Alkitab Ibrani Tertua dan Terlengkap Kini Dipajang di Tel Aviv

Must read

ISRAEL – Alkitab Ibrani terlengkap sekaligus tertua, Codex Sassoon, kini dipajang di Tel Aviv, Israel, sebelum dijual di pelelangan Sotheby’s New York tahun ini.

Alkitab itu diperkirakan dibuat sekitar 1.100 tahun yang lalu oleh seorang juru tulis di Mesir atau Levant.

Mengutip BBC, dokumen itu adalah contoh manuskrip tunggal paling awal yang berisi 24 buku dari Alkitab Ibrani lengkap dengan tanda baca, vokal, dan aksennya.

Dalam pelelangan yang diadakan pada Mei nanti, Alkitab itu diperkirakan dapat menarik hingga $50 juta (sekitar Rp759 miliar).

Jika perkiraan itu menjadi kenyataan, atau setidaknya melewati angka $43,2 juta yang dibayarkan dua tahun lalu untuk salinan Konstitusi Amerika Serikat edisi pertama yang langka, Codex Sassoon akan menjadi dokumen sejarah termahal yang pernah dijual di lelang.

Alkitab Ibrani itu terdiri dari 24 buku yang dibagi menjadi tiga bagian: Pentateukh, Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan. Orang Kristen menyebutnya sebagai Perjanjian Lama.

Teks Alkitab Ibrani terus berubah sampai awal Abad Pertengahan, ketika sarjana Yahudi yang dikenal sebagai Masoret mulai membuat kumpulan catatan yang membakukannya.

Codex Aleppo, yang disusun sekitar tahun 930, dianggap sebagai teks Masoret yang paling otoritatif.

Akan tetapi, kebakaran di Kota Aleppo, Suriah, pada tahun 1947 menyisakan hanya 295 dari 487 halaman asli yang bertahan hingga hari ini.

Sementara itu, menurut Sotheby’s, Codex Sassoon, yang menunjukkan penanggalan karbon dibuat sekitar tahun 900, hanya kehilangan 12 halaman.

“Ini menunjukkan kepada kita untuk pertama kalinya sebuah buku yang hampir lengkap dari Alkitab Ibrani muncul dengan titik vokal, kantilasi, dan catatan di bagian bawah yang memberi tahu juru tulis bagaimana teks yang benar harus ditulis,” ungkap Sharon Mintz, spesialis artefak Yahudi senior di rumah lelang, kepada kantor berita AFP.

Anotasi dan prasasti selama berabad-abad mengungkapkan bahwa manuskrip itu dijual oleh seorang pria bernama Khalaf ben Abraham kepada Ishak ben Yehezkiel al-Attar, yang kemudian mengalihkan kepemilikan kepada kedua putranya, Yehezkiel dan Maimon.

Pada abad ke-13, kodeks itu didedikasikan untuk sebuah sinagoga di Makisin, di timur laut Suriah.

Setelah kota itu dihancurkan baik oleh bangsa Mongol pada abad ke-13 atau oleh Timurid pada awal abad ke-15, manuskrip tersebut dipercayakan untuk diamankan Salama ibn Abi al-Fakhr.

Dokumen itu kemudian menghilang dalam sejarah selama 500 tahun sebelum diakuisisi pada tahun 1929 oleh David Solomon Sassoon, yang mengumpulkan koleksi manuskrip Ibrani terbesar dan terpenting di dunia di rumahnya di London.

Codex Sassoon hanya pernah dipamerkan sekali sebelumnya dalam sejarah modern, yaitu di British Library pada tahun 1982.

Kurator Museum Orang Yahudi ANU di Tel Aviv, Orit Shaham Gover, mengatakan dia mengharapkan sekitar 10.000 pengunjung untuk menghadiri pameran “Alkitab pertama yang bertahan sejarah” selama seminggu yang “langka dan mengharukan”.

“Alkitab adalah dasar dari budaya Yahudi,” tambahnya. “Sebagai orang Israel dan Yahudi, saya pikir sangat penting bagi orang Israel untuk melihat Alkitab yang sangat penting ini.”

 

Sumber: BBC

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru