JAKARTA – Malaysia berencana ‘menghadiahkan’ orangutan kepada negara-negara yang membeli minyak sawitnya dalam skema yang terinspirasi oleh diplomasi panda milik China.
Dalam diplomasi orangutan ini, Malaysia akan memberikan kera besar yang terancam punah itu ke negara-negara tujuan perdagangan minyak sawit – terutama India dan Uni Eropa (UE)
Hal itu disampaikan Menteri Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani pada Rabu (8/5), menyebut bahwa inisiatif ini akan menunjukkan bahwa negaranya “berkomitmen dalam konservasi keanekaragaman hayati”.
“Dengan memperkenalkan ‘diplomasi orangutan’, ini akan menunjukkan kepada dunia bahwa Malaysia selalu berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati,” ujar Johari di platform media sosial X, dikutip dari AFP.
Melansir SCMP, ide ini dicetuskan Johari seiring dengan berlakunya peraturan deforestasi UE.
Aturan tersebut mengamanatkan bahwa pedagang yang menjual minyak sawit ke UE harus membuktikan bahwa produk mereka tidak ada kaitannya dengan deforestasi.
“Ini adalah strategi diplomasi, dengan kami akan memberikan [orangutan] kepada mitra dagang dan hubungan luar negeri, terutama negara-negara pengimpor utama seperti Uni Eropa, India, dan China,” ungkapnya dalam forum keanekaragaman hayati di Yayasan Konservasi Hijau Minyak Sawit Malaysia (MPOGCF) pada Selasa (7/5).
Ia menambahkan bahwa Malaysia perlu menunjukkan kepada negara-negara pengimpor minyak sawit bahwa mereka adalah produsen yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk melindungi hutan dan kelestarian lingkungan.
“Malaysia tidak bisa mengambil pendekatan defensif terhadap isu minyak sawit,” sambungnya.
Dalam menjalankan skema ini, Johari mendesak perusahaan kelapa sawit untuk berkolaborasi dengan organisasi non-pemerintah untuk membantu melestarikan dan memberikan keahlian teknis mengenai satwa liar di Malaysia.
Sementara itu, menurut World Wide Fund for Nature (WWF), industri kelapa sawit sendiri merupakan salah satu faktor terus dibabatnya hutan yang merupakan habitat asli orangutan.
Akibatnya, spesies orangutan mulai terancam punah. Tercatat hanya ada kurang dari 105 ribu ekor orangutan di Pulau Kalimantan.
Bersama dengan Indonesia – yang merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, Malaysia memproduksi 85 persen minyak sawit dunia.
Industri minyak sawit, yang memproduksi bahan utama dalam produk mulai dari lipstik dan sampo hingga mie instan dan coklat, memiliki waktu hingga akhir tahun 2024 untuk mematuhi peraturan baru UE, yang mulai berlaku pada Juni 2023.
Sektor minyak sawit Malaysia bernilai lebih dari US$7,5 miliar, menjadikannya kontributor penting terhadap produk domestik bruto negara tersebut.