PALESTINA – Jumlah korban tewas akibat perang antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza terus bertambah banyak. Hingga Minggu (12/5), jumlahnya mencapai 35 ribu orang.
Hal itu diungkap Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza dalam sebuah rilis media, menyebut bahwa jumlahnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi sementara masih banyak orang yang terjebak di reruntuhan.
“Serangan Israel menewaskan 63 orang dan melukai 114 lainnya dalam 24 jam terakhir,” demikian bunyi pernyataan tersebut, dilansir dari Antara.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka,” sambung pernyataan itu.
Israel terus meluncurkan berbagai serangan mematikan di wilayah Gaza setelah kelompok militan Palestina Hamas meluncurkan serangan lintas batas pada 7 Oktober lalu.
Berdasarkan perhitungan AFP atas angka resmi yang diberikan pemerintah Israel, serangan Hamas saat itu menewaskan sekitar 1.170 orang – sebagian besarnya adalah warga sipil.
Hamas juga menyandera sejumlah warga, lalu membebaskan sebagian besarnya dalam gencatan senjata singkat yang berlangsung selama sepekan pada November lalu.
Sementara itu, serangan Israel juga menyebabkan lebih dari 78 ribu warga Palestina di Gaza mengalami luka-luka.
Sebagian besar infrastruktur di wilayah kantong tersebut dilaporkan hancur, termasuk sejumlah fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, hingga pengungsian.
Israel juga memblokade alur masuk bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang membuat penduduk Gaza mengalami kesulitan setiap harinya.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah mendesak agar gencatan senjata kemanusiaan segera dilakukan.
Selain itu, ia juga mendorong agar dilaksanakan pembebasan semua sandera tanpa syarat dan segera meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung.
“Tetapi gencatan senjata hanya akan menjadi permulaan,” kata Guterres pada konferensi donor di Kuwait, dikutip dari AFP.
“Ini akan menjadi jalan yang panjang untuk kembali dari kehancuran dan trauma perang ini,” imbuhnya.