AGAM – Upaya pencarian pendaki yang terdampak erupsi Gunung Marapi dihentikan, Rabu (6/12), menyusul telah ditemukannya 75 pendaki yang terdaftar dalam data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Hal itu disampaikan Wakil Kepala Polda Sumatera Barat Brigadir Jenderal Edy Mardianto, menyebut bahwa operasi pencarian telah ditutup dan semua personil ditarik.
“Sudah clear tidak ada korban lagi yang perlu dievakuasi. Hal tersebut berdasarkan data yang didapatkan dari BKSDA,” katanya kepada wartawan di Posko Batu Palano, dikutip dari Tempo.
Lebih lanjut, Edy mengatakan bahwa pihaknya tidak tahu apakah ada pendaki yang masih belum dievakuasi, karena mereka berpegangan pada data resmi yang ada.
Oleh sebab itu, posko orang hilang yang dibuka di Rumah Sakit Ahmad Muchtar Kota Bukittinggi masih tetap dibuka dan polisi akan melakukan pendataan jika ada laporan tentang orang hilang.
Adapun tim evakuasi menemukan pendaki korban erupsi yang terakhir pada Rabu pagi. Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Dengan penemuan itu, jumlah pendaki yang menjadi korban jiwa akibat terdampak erupsi Gunung Marapi menjadi 23 orang.
Terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Gunung Marapi dilaporkan mengalami erupsi pada Minggu (3/12) siang.
Gunung yang tergolong paling aktif di Sumatera itu meletus sebanyak delapan kali hingga Senin (4/12) pagi waktu setempat.
Melansir laman resmi BNPB, data mutakhir menunjukkan gunung itu mengeluarkan 43 hembusan dengan Amplitudo paling besar mencapai 14,2 mm serta berdurasi selama 56 detik.
Untuk itu, BNPB mengimbau masyarakat, wisatawan, dan pendaki untuk tidak melakukan aktivitas di bawah radius 3 kilometer dari puncak atau kawah.
Selain itu masyarakat agar memakai masker, topi, dan kaca mata ketika beraktivias di luar ruangan dan tidak menyebarkan informasi yang belum bisa diverifikasi kebenarannya.
Terkait dengan aktivitas vulkanik, PVMBG masih menetapkan Gunung Marapi pada status level II atau ‘Waspada’.
