
TANAH KARO – Warga yang tinggal di lereng Gunung Sinabung mulai terbiasa dengan letusan gunung api. Beberapa waktu lalu Gunung Sinabung kembali meletus dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 5.000 meter di atas puncak atau 7.460 meter di atas permukaan laut.
“Tidak apa-apa ha-ha-ha, tidak perlu takut,” kata seorang pria dalam tayangan video berdurasi 2 menit 9 detik dengan berbahasa Karo yang diterima redaksi The Editor pada Senin (10/8) tahun 2020 lalu..
Dari tayangan video tersebut, terlihat jelas asap hitam membumbung tinggi naik ke angkasa. Sementara itu, lokasi tempat video ini diambil sangat dekat dengan asap hitam yang mulai turun ke lereng gunung.
“Tidak perlu takut, itu bukan apa-apa. Sudah berhenti, sudah berhenti,” kata pria itu lagi.
Masih dari tayangan video yang sama, beberapa warga tetap saja diam dan tidak beranjak saat awan hitam hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat mereka mendokumentasikan video tersebut.
Letusan semacam ini bukan hal yang baru terjadi di Gunung Sinabung. Warga hanya berharap dari letusan ini tidak membawa serta hujan abu vulkanik.
Gunung Sinabung berada pada status siaga atau level III. Kolom abu erupsi susulan ini berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan tenggara.
Sejarah Letusan Gunung Sinabung
Gunung Sinabung mulai erupsi sejak tahun 2010 lalu. Tercatat 12.000 warga harus di evakuasi ke delapan titik di Tanah Karo kala itu. Kondisi ini sempat berhenti namun di tahun 2013 lalu erupsi kembali terjadi. Sibolangit dan Berastagi sempat mengalami hujan abu dan gelap.
Setelah erupsi berkali-kali di tahun 2013, Sinabung mulai menunjukkan situasi darurat karena tahun 2014 ditemukan 14 orang tewas akibat semburan gunung ini.
Mereka tewas saat tengah datang ke beberapa desa yang berada di kaki Gunung Sinabung yakni Desa Suka Meriah, Payung, Tanah Karo.
Korban tewas juga terjadi di erupsi yang muncul di tahun 2016. Tujuh orang dinyatakan meninggal dunia dan dua lainnya mengalami luka bakar. Peristiwa ini terjadi di Desa Gamber.
Status gunung ini naik menjadi Awas di tahun 2017 karena erupsi dan luncuran awan panas mencapai 4 kilometer dan hampir rata terjadi setiap hari. Dan bahkan beberapa waktu lalu erupsi masih terus terjadi di puncak Gunung Sinabung.
Dari peristiwa ini 2.038 kepala keluarga harus mengungsi ke delapan pos pengungsian di Desa Siosar, Tanah Karo.