THE EDITOR – Para produser film dan serial televisi di Amerika Serikat dianggap terlalu berlebihan dalam menggambarkan karakter tentang si kaya dalam sebuah tayangan hanya karena produser ingin memberi pentonton sesuatu yang bagus untuk dilihat.
Padahal, kenyataannya, tidak demikian. Salah satu yang karakter yang dikritik oleh Stuart Heritage, jurnalis The Guardian adalah peran Carrie Bradshaw yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker dalam serial berjudul And Just Like That.
Menurut Stuart, tidak satu kalipun serial tersebut memperlihatkan bila si tokoh utama yang bekerja sebagai seorang jurnalis lepas mengkhawatirkan uang. Sebagaimana diketahui, salah satu adegan film tersebut menunjukkan bila Carrie mampu memiliki apartemen mewah berukuran besar dengan pemandangan terbaik di tengah kota.
Namun, apakah kehidupan seorang jurnalis seperti itu? Nyatanya tidak karena Stuart sendiri mengatakan bila di kehidupan pribadinya ia harus sangat disiplin dalam mengelola keuangannya bila tidak ingin panik karena menghabiskan uang melebihi saldo awal tabungannya.
Tak hanya itu, Ia juga mengkritik tayangan berbau jurnalistik lainnya seperti The Morning Show yang ditayangkan oleh Apple TV. Menurutnya, acara tersebut sangat tidak menarik karena pihak produser hanya ingin memberikan penonton tayangan yang bagus dilihat oleh mata tapi tidak menarik.
“Sekarang acara itu muncul sebagai semacam kompetisi internal yang aneh untuk melihat karakter mana yang bisa memiliki rambut paling berkilau,” tulis Stuart.
DI INDONESIA HAL SERUPA JUGA TERJADI
Di Indonesia, film yang berbau jurnalistik pernah muncul di bioskop dengan judul Petualangan Sherina 2 dengan karakter utama bernama Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf.
Lagi-lagi, di kalangan para jurnalis film tersebut mendapat kritik dan sindiran karena disana digambarkan Sherina yang hanya seorang wartawan biasa bisa tinggal di apartemen yang nyaman dan memiliki mobil pribadi.
Di Indonesia, cukup jarang ada wartawan yang mampu memiliki fasilitas demikian kecuali mereka memang berasal dari keluarga yang kaya raya. Bila pun mampu, umumnya mereka sudah berkarir puluhan tahun dan jenjang posisi mereka di perusahaan minimal sebagai produser bila di bekerja di televisi dan sebagai redaktur bila di media cetak/online.
Namun, bila masih berstatus wartawan baru maka penggambaran tokoh Sherina di film tersebut cukup mengganggu banyak wartawan lain yang bekerja di media besar di Indonesia karena dinilai terlalu berlebihan.
Dan, saya sendiri yang sudah menjalankan profesi ini selama puluhan tahun belum pernah melihat seorang wartawan biasa yang meliput ke lapangan mampu memiliki fasilitas mewah dan nyaman seperti Sherina.