30.4 C
Indonesia

Truk Pembawa Bantuan untuk Warga Gaza Menunggu di Perbatasan Rafah

Must read

MESIR – Sekitar 20 truk yang membawa bantuan diperkirakan akan mendapat izin untuk memasuki Gaza dalam beberapa hari mendatang–sehingga bantuan untuk 2,2 juta penduduk wilayah tersebut dapat disalurkan.

Sebagai informasi, Israel telah memutus aliran listrik, sebagian besar air, dan menghentikan pengiriman makanan dan obat-obatan ke Gaza menyusul serangan militan Hamas pada 7 Oktober.

Melansir BBC, kesepakatan yang mengizinkan sejumlah pasokan untuk dapat melalui penyeberangan Rafah Mesir kini telah dicapai oleh Amerika Serikat dan Mesir.

Akan tetapi, organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa jumlah tersebut tidak akan cukup.

“PBB melaporkan bahwa minimal 100 truk bantuan kemanusiaan diperlukan untuk mendukung jutaan warga sipil yang tinggal di Gaza,” kata Shaina Low dari Dewan Pengungsi Norwegia.

Abeer Etefa dari Program Pangan Dunia mengatakan situasi di wilayah tersebut menjadi “sangat sulit”.

“Persediaan makanan dan air hampir habis. Toko roti–banyak di antaranya berhenti berfungsi,” katanya.

Philippe Lazzarini, komisaris jenderal badan bantuan PBB UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa sekitar 500 truk setiap hari telah memasuki Gaza sebelum perang dimulai.

Sekitar 1,2 juta orang yang tinggal di wilayah tersebut sudah bergantung pada bantuan pangan dari UNRWA sebelum 7 Oktober.

“Kemiskinan sangat, sangat tinggi di Jalur Gaza. Sebelum perang, situasinya sangat memprihatinkan–sekarang menjadi tragis,” kata Juliette Touma, juru bicara badan PBB di Amman.

Kesepakatan untuk memberikan bantuan dalam jumlah terbatas melalui penyeberangan Rafah dicapai oleh Presiden AS Joe Biden dan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi pada Rabu (18/10).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pada Rabu bahwa Israel “tidak akan menggagalkan” pasokan dari Mesir ke penduduk sipil di Gaza selatan.

Akan tetapi, pemerintahnya hanya mengizinkan pasokan makanan, air, dan obat-obatan–bukan pasokan lain yang sangat dibutuhkan seperti bahan bakar.

Sebuah laporan PBB mengenai Gaza mengatakan bahwa bahan bakar adalah suatu kebutuhan, dan kekurangan bahan bakar berkontribusi terhadap krisis air, karena pabrik desalinasi dan pompa air tidak dapat lagi beroperasi.

Lazzarini mengatakan jika bahan bakar tidak dapat disalurkan, maka diperlukan lebih banyak truk untuk mengangkut air.

Perjanjian bantuan ini menawarkan secercah harapan bagi jutaan orang di Gaza. Sebelum perundingan ini, masih belum jelas bagaimana bantuan akan menjangkau warga sipil.

Akan tetapi, Israel mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan bantuan apa pun melewati wilayahnya sampai para sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan dan bantuan belum melintasi perbatasan Rafah ke Gaza.

Berbicara kepada Newshour BBC, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan hal itu terjadi karena penyeberangan tersebut telah terkena empat pemboman udara, dan tidak ada izin untuk jalur aman truk ke Gaza.

“Saya berharap ada kepastian mengapa penyeberangan itu dibombardir dan oleh siapa,” katanya.

Batas waktu pasti kapan bantuan akan sampai kepada mereka yang membutuhkan masih belum jelas. Jalan di persimpangan Rafah memerlukan perbaikan sebelum truk bisa masuk.

Pada Rabu, Presiden AS Joe Biden mengatakan truk pertama akan mulai tiba di Gaza pada Jumat.

Akan tetapi, Mohsen Sarhan dari Bank Makanan Mesir memperingatkan bahwa waktu–serta persediaan–sudah hampir habis.

Ia mengatakan 120 truk siap mengantarkan bantuan dan menunggu di perbatasan untuk jalur yang aman.

“Kami sangat marah karena kami tahu orang-orang di sana kehabisan air. Mereka bahkan kehabisan kantong jenazah. Mereka kehabisan segalanya,” tuturnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru