FILIPINA – Negara Filipina baru saja menyelesaikan putaran pemilihan umumnya pada Selasa (10/5) dan menempatkan Ferdinand Marcos Jr, atau yang lebih dikenal dengan Bongbong, pada posisi teratas. Kenyataan ini kemudian dinilai sebagai kembalinya dinasti politik negara itu yang terkenal.
Marcos tidak lain adalah putra dari diktator Filipina yang digulingkan setelah menjabat selama 20 tahun. Ia dan keluarganya mengasingkan diri setelah “people power” yang terjadi pada tahun 1986.
5 tahun setelahnya, pada tahun 1991, ia kembali ke Filipina dan sejak saat itu aktif menjabat di kongres serta dewan.
Kemenangan Marcos dalam pemilihan ini mulai terlihat semakin pasti mengingat 96% surat suara yang memenuhi syarat telah dihitung dan menunjukkan bahwa ia mengantongi lebih dari 30 juta suara–dua kali lipat dari suara yang didapat pesaing hebatnya, Leni Robredo.
Adapun hasil resmi dari pesta demokrasi ini dapat diharapkan keluar pada akhir bulan nanti.
“Ribuan dari Anda, sukarelawan, kelompok paralel, pemimpin politik yang mengambil bagian dengan kami karena kepercayaan kami pada pesan kesatuan kami,” ucap Marcos dalam siaran langsung di platform Facebook.
Meskipun ia mengampanyekan kesatuan, beberapa pengamat politik mengatakan bahwa presidensinya tidak mungkin mengasuh hal tersebut.
Sementara itu, banyak pendukung Robredo mengungkapkan kemarahan mereka pada sesuatu yang mereka sebut “upaya kurang ajar” dari mantan keluarga nomor satu di Filipina tersebut dalam menggunakan media sosial untuk mengubah narasi sejarah mereka dahulu.
Ribuan lawan Marcos senior menderita akibat persekusi selama pelaksanaan darurat militer yang brutal pada kurun waktu 1972–1981 dahulu.
Nama keluarganya bahkan kini menjadi sinonim dari “penjarahan”, “kronisme”, dan “hidup mewah” menyusul hilangnya miliar dolar uang negara dalam masa pemerintahannya.
Akan tetapi, keluarga Marcos menolak mengakui hal tersebut. Banyak pendukungnya, blogger, dan influencer media sosial mengatakan bahwa sejarah telah terdistorsi.
Sekitar 400 orang menggelar aksi protes melawan Marcos di luar komisi pemilihan pada Selasa dan menyatakan adanya penyimpangan. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa.
Kelompok hak asasi manusia Karapatan juga mengundang rakyat Filipina untuk menggugat presidensi Marcos, yang mereka sebut berdasar pada disinformasi dan kebohongan.
Sumber: Kontan