22.4 C
Indonesia

Festival Bedhayan ke-3 Sudah di Depan Mata, Intip Persiapannya di Sini!

Must read

JAKARTA – Setelah dua tahun absen karena pandemi Covid-19, Festival Bedhayan kembali dilaksanakan untuk yang ketiga kalinya.

Dalam pelaksanaannya kali ini, ada banyak sekali unsur menarik yang dipersiapkan pihak penyelenggara, yang membedakannya dari tahun-tahun sebelumnya.

Lantas, seperti apa persiapannya? Dan apa saja unsur-unsur itu yang membuat festival kali ini lebih menarik?

Untuk menjawab dua pertanyaan itu, tim The Editor berbincang langsung dengan seseorang yang merupakan bagian dari panitia Festival Bedhayan ke-3.

Ialah Sari Semesta selaku perwakilan Laskar Indonesia Pusaka–komunitas pegiat seni-budaya lokal yang bekerja sama dengan Jaya Suprana School of Performing Arts dan Swargaloka untuk mewujudkan acara penting ini.

Darinya diketahui bahwa persiapan menuju Festival Bedhayan ke-3 secara keseluruhan sudah rampung.

Partisipan, tempat, dan rangkaian acara telah dipersiapkan dengan amat baik menyambut gelaran agung akhir pekan ini.

Sebanyak 12 kelompok penari, yang masing-masingnya beranggotakan 7–12 orang, akan tampil dalam tiga sesi pada Minggu (14/5). 

Di belakang panggung, masing-masing kelompok memiliki tim yang terdiri dari perias, penata busana, dan pelatih yang semuanya berangkat secara mandiri dari daerah masing-masing menuju tempat pertunjukan di Yogyakarta.

Di atas panggung, penari akan diiringi oleh pengrawit untuk menyajikan pertunjukan terbaik mereka.

Penyelenggara menyiapkan empat kelompok pengrawit, masing-masingnya beranggotakan 20 orang, untuk bergantian mengiringi di ketiga sesi.

Di antara para penonton nantinya duduk sembilan orang akademisi dan pengamat budaya keraton.

Mereka akan mengamati jalannya pertunjukan dan memberikan masukan agar para penari dapat lebih berkembang di kemudian hari.

Untuk menjamu para pengamat, utamanya yang berasal dari luar Yogyakarta, penyelenggara telah menyiapkan akomodasi di OhmmStay.

“Kita menyediakan kamar dari tanggal 13 dan 14 dan juga transportasi. Kebetulan kita bekerja sama dengan OhmmStay, yaitu home stay di Jogja yang juga ada akomodasinya. Jadi beberapa pengamat akan menjadi tamu di OhmmStay sendiri,” jelas Sari.

Tak hanya menjamu para pengamat, OhmmStay juga menyediakan tempat dilaksanakannya Festival Bedhayan ke-3  yang berlangsung selama dua hari.

“Menariknya juga di OhmmStay itu, kita berdekatan langsung sama Candi Sari, objek wisata–jadi kita juga bisa menarik wisatawan-wisatawan lokal yang lagi di situ,” jelasnya kemudian.

“Karena kita akan mengadakan pemotretan dengan full costume yang ada di situ, supaya mensosialisasikan kita ada tari bedhayan di sini,” tambahnya.

Aylawati Sarwono memperagakan salah satu gerakan dalam tari bedhayan dalam latihan menuju Festival Bedhayan ke-3. (Foto: Istimewa/THE EDITOR)

Bertujuan mengejar kualitas acara daripada kuantitas penonton, penyelenggara memilih keluar dari Jakarta–kota tempat dilaksanakannya dua Festival Bedhayan sebelumnya–dan lebih banyak berinovasi.

Selain tempat yang memiliki kapasitas lebih sedikit, penyelenggara mengembangkan acara menjadi tak hanya panggung para penari.

Acara kali ini juga menjadi panggung masyarakat setempat dengan hadirnya pasar UMKM serta panggung pendidikan dengan hadirnya para akademisi dan pengamat budaya.

Itulah yang membedakan festival kali ini dari festival-festival sebelumnya. 

Tak lupa, Festival Bedhayan ke-3 juga akan menjadi lebih istimewa karena dibuka langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng Ing Mataram.

Mengapa tari bedhayan yang dipilih?

Pertanyaan ini mungkin terbersit di kepala kita sejak mendengar adanya suatu festival kebudayaan yang menampilkan sebuah tarian yang, mungkin, tidak terlalu sering terdengar.

Mengapa bukan tarian lain yang lebih dikenal masyarakat?

Diakui oleh Sari, tari yang satu ini memang belum dikenal luas oleh masyarakat–dan justru faktor itu lah yang membuatnya bersama yang lain begitu semangat untuk mempromosikannya.

Selain itu, ia merasa tari bedhayan memiliki makna, filosofi, serta manfaat yang tak kalah bagus dari tari-tari yang lain, yang harus disebarkan ke banyak orang.

“Filosofinya ini kayak filosofi hidup … itu tentang napas, sebenarnya,” katanya.

“Tentang bagaimana kita itu bukan hanya nge-flow dari gerakan kesatunya–jadi itu gak pernah patah-patah, selalu nge-flow–dan juga selalu jejeg–selalu turun ke bumi.

“Jadi emang filosofi-filosofi itu yang bikin, ‘gila ini kalo misalnya banyak anak muda yang pelajarin, tahu, mungkin mereka gak yoga kali, mungkun mereka nari Jawa aja cukup!’. Karena ini udah work out!”

Nah, siapa yang sekarang makin penasaran dengan keseruan Festival Bedhayan ke-3?

Jangan lupa hadir di OhmmStay, Yogyakarta, pada 13 dan 14 Mei ini ya!

 

Baca juga: Festival Bedhayan Kembali Dilaksanakan, Hadirkan Tari Yang Luhur dari Budaya Yang Agung

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru