THAILAND – Setiap harinya, Watchiradol Phangpanya mengenakan kemeja hitam lengan panjang, sarung tangan merah, dan balaclava merah setiap kali akan menyuapi seekor bayi burung hering.
Ia adalah seorang ahli konservasi di Thailand, salah satu yang tak kenal lelah dalam mengupayakan pelestarian spesies yang terancam punah itu.
Adapun unggas berwarna merah muda, yang ditutupi bulu halus putih yang akan berubah menjadi bulu hitam saat tumbuh dewasa, yang diawasi Watchiradol adalah hering kepala merah.
Tepatnya itu adalah hering raja Asia pertama yang dibiakkan di Asia sekaligus yang kedua di dunia.
Watchiradol dan rekan-rekannya di Kebun Binatang Nakhon Ratchasima di timur laut Thailand ingin memastikan setiap tukik yang dibiakkan di penangkaran tidak membekas pada manusia.
Tujuannya adalah terbentuknya kondisi mereka yang akan lebih siap untuk dilepasliarkan ke alam liar.
“Penting … untuk menyamarkan diri kita sebagai burung, sehingga mengarahkan mereka untuk melihat kita paling dekat dengan penampilan orang tua mereka,” kata Watchiradol kepada Reuters.
Dia menambahkan bahwa langkah ini memberikan kesempatan terbaik untuk burung hering itu mengembangkan naluri alaminya.
Sebanyak empat kali sehari Watchiradol memberinya makan daging kelinci, rusa, ayam, dan tikus untuk mensimulasikan pola makannya di alam liar.
Setelah makan, bayi burung hering melakukan pemanasan di bawah sinar matahari untuk mendapatkan vitamin D yang dibutuhkan untuk perkembangan fisik dan perilakunya.
“Apakah makanannya cukup nutrisi? Atau terlalu banyak? Setiap saat, kekhawatiran akan terus berlanjut,” katanya.
Sebagai pemakan bangkai, burung hering kepala merah dulunya berperan penting dalam ekosistem dengan memakan bangkai-bangkai hewan.
Akan tetapi, perburuan dan perubahan habitatnya membuat spesies ini punah di alam liar di Thailand dan berkurang secara signifikan secara global.
Setelah hampir dua dekade mencoba meningkatkan populasi burung pemakan bangkai kepala merah, pihak kebun binatang akhirnya mulai melihat hasilnya, dengan telur lain diinkubasi oleh induknya dalam konservasi.
Tim konservasi berharap dapat menciptakan populasi yang cukup besar untuk akhirnya dilepasliarkan.
“Aspek terpenting dari kesuksesan kami adalah meningkatkan ekosistem situs warisan UNESCO, Suaka Margasatwa Huai Kha Khaeng,” kata direktur kebun binatang Thanachon Kensingh.
Dia menambahkan bahwa taman di barat Thailand itu pernah menjadi rumah bagi komunitas terbesar dari hering raja Asia.
“Kami ingin melihat burung hering raja Asia terbang sekali lagi melintasi langit Thailand,” katanya.
Sumber: Reuters