23.4 C
Indonesia

Curhatan Sedih Seorang Ibu Yang Anaknya Idap Bronkopneumonia Karena Terpapar Polusi Udara Jakarta

Must read

JAKARTA – Kualitas udara Jakarta yang buruk semakin menunjukkan dampaknya. Kali ini berimbas pada seorang balita yang berakhir harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Curahan hati ibu balita tersebut di akun Instagram-nya, @srinurdiyanti1314, viral karena menyoroti kondisi buah hatinya akibat terpapar polusi udara.

Ia mengatakan bahwa anaknya telah menjadi “korban polusi buruk” karena dinyatakan terkena bronkopneumonia dan harus menjalani rawat inap selama 10 hari.

“Gejala awal batuk, pilek biasa, demam tinggi stabil di 38–39 bahkan kalau malam hari sampai 40°,” tulisnya.

“Dites darah aman, tes urin juga aman bersih, dirontgen baru ketahuan ada infeksi bakteri,” tambahnya.

Dengan kondisi seperti itu, sang ibu dibuat semakin bingung karena anaknya tidak bisa diberikan obat yang umum digunakan.

Demam buah hatinya itu baru bisa turun setelah ia mengonsumi obat berdosis sangat tinggi–hal yang ia sayangkan karena anaknya baru menginjak usia dua tahun.

Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah untuk tidak mengabaikan situasi sekarang ini. Menurutnya, bronkopneumonia lebih berbahaya dari Covid-19.

“Alhamdulillah sekarang anakku demamnya sudah turun, batuknya masih. Aku ikut ketularan tapi nggak sampai demam,” sambungnya.

“Dahaknya nggak enak banget, lengket banget di tenggorokan. Agak susah keluar, nggak kayak batuk berdahak biasanya yang gampang dikeluarin.

“Buat anak-anak wajib dinebu sehari 3 kali. Kita aja yang dewasa susah ngeluarin dahaknya, apalagi anak balita,” pungkasnya.

Atas ceritanya itu, banyak netizen yang kemudian memberikan komentar beragam.

Ada yang ikut mendorong pemerintah untuk segera memperbaiki kondisi saat ini, ada juga yang mengatakan bahwa penyakit yang diderita sang anak tidak sepenuhnya disebabkan oleh kualitas udara.

Melansir laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko bronkopneumonia.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini juga bisa muncul dengan dorongan faktor-faktor lain, seperti usia, gaya hidup, dan kondisi medis.

Lansia berusia 65 tahun ke atas dan anak-anak berusia 2 tahun ke bawah berisiko lebih tinggi terserang penyakit ini serta komplikasinya.

Bronkopneumonia memiliki sejumlah gejala yang bisa menjadi tanda untuk diwaspadai, mulai dari demam, batuk berdahak, sesak napas, dan nyeri dada.

Selain itu, pengidap penyakit ini juga bisa menjadi mudah berkeringat, menggigil, mengalami sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan linglung.

Pada bayi dan anak-anak, kemunculan penyakit ini bisa ditandai dengan perubahan perilaku anak yang menjadi lebih rewel, sulit tidur, dan tidak nafsu makan atau minum.

Jika gejala-gejala tersebut sudah mulai terlihat, ada baiknya untuk segera memeriksakannya ke dokter.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru