THE EDITOR – Sangat tidak tepat bila investasi bitcoin diterapkan di level koperasi desa tanpa pemahaman dan infrastruktur yang memadai dan profesional.
Sebagaimana diketahui, Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono meminta tolong kepada para pengusaha untuk membantu pengurus koperasi desa (Kopdes) Merah Putih dalam berbisnis, termasuk diantaranya dengan berinvestasi dengan mata uang kripto seperti bitcoin.
“Kebijakan seperti itu tidak tepat karena sangat berisiko karena para pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) belum paham tentang investasi dengan mata uang kripto seperti bitcoin,” ungkap Ketua Indonesia Real World Assets Tokenization Association (IRWATA) Sabdo Yusmintiarto kepada The Editor melalui pesan WhatsApp hari ini, kamis (26/6/2025).
Sabdo yang tengah berada di Dubai untuk menghadiri pertemuan Blockchain internasional juga mengatakan bila di Indonesia saat ini belum ada underlying bisnis yang berkaitan dengan bitcoin. Akibat dari keputusan yang tidak dilakukan melalui kajian yang sempurna dan profesional ini akan membuat UMKM rentan tertipu.
Tak hanya itu, lanjutnya, belum semua daerah di Indonesia mendapat saluran listrik yang memadai, bahkan di kota-kota besar. Jadi, bila listrik mati, Ia mempertanyakan apa solusi dari pemerintah.
“UMKM belum paham dan bitcoin adalah produk investasi yang memiliki resiko karena tidak ada underline misalnya kena scam harus diamankan seperti apa? Mati listrik seperti apa?” tanya Sabdo lagi.
MESKI MUNGKIN TAPI HARUS BELAJAR KE AHLINYA
Sabdo menegaskan bila ide Wamenkop tersebut sangat mungkin terjadi karena di dunia, salah satu pelaku bisnis blockchain bernama Polytrade telah menokenisasi bisnis para UMKM di India.
Kata Sabdo, Polytrade memberi modal kepada para pelaku UMKM di beberapa kota besar di India seperti Kalkuta dan Vapi.
Sabdo sendiri yang ahli di bidang blockchain mengatakan bila pihaknya akan mengadakan Asia Afrika Blockchain Summit di Kota Bandung pada September 2025 mendatang.
Ia akan mengundang puluhan pelaku bisnis di bidang blockchain dan salah satunya adalah Polytrade. Ia berharap dalam pertemuan bisnis tersebut akan banyak muncul ide-ide baru untuk mengembangkan UMKM dan pertanian di Indonesia dalam sistem koperasi digital.
Perlu diketahui, ajang Asia Afrika Blockchain Summit juga akan langsung ditandai dengan penandatanganan bisnis antara Polytrade dengan lebih dari 1000 lebih UMKM di hadapan Walikota Bandung.
Ia berharap pemerintah dan pelaku bisnis dari berbagai lini ikut serta untuk melihat dan berpartisipasi di acara ini karena acaranya tertutup.