21.2 C
Indonesia

Penelitian Ungkap Bahwa Lumba-Lumba Juga Menunjukkan Tanda-Tanda Mengidap Alzheimer

Must read

SKOTLANDIA — Penelitian terbaru menunjukkan bahwa otak dari tiga spesies lumba-lumba yang ditemukan terdampar di sepanjang pantai Skotlandia menunjukkan ciri khas penyakit Alzheimer.

Fakta itu lantas dinilai memberikan wawasan yang lebih luas tentang penyakit ini pada spesies selain manusia.

Para peneliti mengatakan temuan ini juga dapat memberikan jawaban yang mungkin untuk fenomena terdamparnya lumba-lumba yang tidak dapat dijelaskan di sepanjang pantai.

Baca Juga:

Dilansir dari CNN, penyakit Alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif umum yang sebagian besar menyerang manusia yang lebih tua, dengan gejala seperti kehilangan ingatan, pelupa, dan kebingungan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 13 Desember di European Journal of Neuroscience, para peneliti di Skotlandia melakukan studi postmortem pada otak 22 odontocetes, atau paus bergigi, membuat temuan mereka lebih rinci dibandingkan dengan yang lain, kata para penulis.

“Ini lebih mendalam dan luas karena melihat jumlah hewan yang lebih besar dari beberapa spesies cetacea berbeda yang diketahui berumur untuk spesies tersebut (berusia lebih tua),” ujar Mark Dagleish, rekan penulis dan dokter senior dalam patologi anatomi dari University of Glasgow, kepada CNN.

Studi tersebut mengamati spesimen dari lima spesies: lumba-lumba Risso, paus pilot bersirip panjang, lumba-lumba berparuh putih, lumba-lumba pelabuhan, dan lumba-lumba hidung botol. Dari 22 yang diteliti, 18 adalah spesimen berumur.

“Secara kritis, (itu) memeriksa seluruh otak untuk memberikan profil lesi (kelainan) menggunakan lebih banyak penanda penyakit Alzheimer,” tambah Dagleish, dengan teknik yang sama digunakan untuk jaringan manusia.

Temuan menunjukkan bahwa tiga lumba-lumba tua—paus pilot bersirip panjang, lumba-lumba berparuh putih, dan lumba-lumba hidung botol—mengalami perubahan otak, atau lesi, yang terkait dengan penyakit Alzheimer pada manusia.

Tara Spires-Jones, rekan penulis studi lainnya, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para peneliti “terpesona melihat perubahan otak pada lumba-lumba tua yang mirip dengan manusia (penuaan) dan penyakit Alzheimer.”

“Apakah perubahan patologis ini berkontribusi pada terdamparnya hewan-hewan ini adalah pertanyaan yang menarik dan penting untuk pekerjaan di masa depan,” kata Spires-Jones, yang berasal dari Dekanat Ilmu Biomedis Universitas Edinburgh.

Para peneliti menemukan bahwa spesimen telah mengakumulasi protein fosfo-tau dan sel glial, dan telah membentuk plak amiloid-beta, penggumpalan protein yang ditemukan di otak orang dengan penyakit Alzheimer.

Menurut makalah penelitian, distribusi lesi ini sebanding dengan daerah otak pada manusia dengan Alzheimer.

Dagleish mengatakan temuan itu adalah “yang paling dekat yang dapat ditunjukkan oleh siapa pun bahwa hewan mana pun mengembangkan lesi terkait penyakit Alzheimer secara spontan,” yang diperkirakan hanya berkembang pada manusia.

Seperti yang diketahui, fenomena kawanan odontocetes terdampar di pantai Britania Raya bukannya jarang terjadi, yang menurut penulis penelitian dapat mendukung teori “pemimpin yang sakit”.

Kawanan tersebut diduga mengikuti pemimpin yang sudah tua ke perairan dangkal, yang berpotensi sebagai akibat dari kebingungan pemimpin tersebut.

Neuropatologi serupa dari lumba-lumba tua dan manusia dengan Alzheimer menunjukkan bahwa mamalia laut memiliki kerentanan terhadap penyakit tersebut, namun Dagleish mengatakan bahwa diagnosis hanya dapat dilakukan jika ada defisit kognitif.

Hal itu biasanya ditemukan menggunakan penilaian gangguan kognitif—tidak mungkin dengan studi postmortem.

 

Sumber: CNN

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru