21.3 C
Indonesia

Dirjen Kebudayaan Kunjungi Jayawijaya, Pemkab Harap Kebudayaan Setempat Ikut Dipromosikan

Must read

WAMENA – Kegiatan kebudayaan di Jayawijaya sudah 2 tahun berhenti. Hal itu disampaikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid saat mengunjungi kampung wisata dan komoditi kopi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua pada Selasa (1/2).

Hilmar mengungkapkan ada 2 poin yang terlihat dalam kunjungannya kali ini, yaitu fisik dan non fisik.

Untuk fisik, menurutnya, tidak terlalu besar. Poin ini diperkirakan olehnya berkaitan dengan perbaikan jalan dan infrastruktur lainnya.

Baca Juga:

“Mungkin lebih penting untuk nonfisik, sebab kegiatan kebudayaan di Jayawijaya sudah 2 tahun terhenti,” paparnya.

Senada dengan yang disampaikan Hilmar, Sekretaris Daerah (Sekda) Jayawijaya Thony Mayor juga mengungkapkan bahwa penghasilan masyarakat di daerahnya berkurang semenjak pandemi.

Peraturan pandemi yang membatasi kegiatan berwisata membuat jumlah kunjungan wisatawan semakin menurun.

“Semakin banyak orang yang datang, ekonomi kita tumbuh. Misalnya banyak orang menginap di hotel, pembelian hasil kerajinan masyarakat, dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.

Hilmar mengatakan, masyarakat Wamena hidup dengan budaya.

Mereka mendapatkan penghasilan dari kunjungan wisatawan ke berbagai objek wisata di sana, festival, serta penjualan produk-produk yang dibuat sendiri.

Ia kemudian menjelaskan salah satu hasil diskusi dengan dinas pariwisata setempat, yaitu melaksanakan festival berkelanjutan.

“Tak mungkin hanya melakukan festival satu atau dua kali, lalu berhenti. Harapannya harus ada festival yang berkelanjutan, konsisten. Artinya, jangan selesai dengan 1 festival saja, sehingga ini akan diskusikan untuk festival tahunan seperti apa,” ujarnya.

Untuk objek wisata, misalnya objek wisata Mumi Jiwika, Hilmar menyinggung tentang pembangunan cagar budaya yang sayangnya belum direncanakan.

Cagar budaya tersebut, menurutnya, adalah hal penting untuk perlindungan tempat wisata.

Fokusnya diarahkan kepada potensi jumlah wisatawan, yang mungkin saja, membludak sehingga membawa perubahan ke dalam lingkungan masyarakat setempat.

Cagar budaya dapat mencegah hal itu terjadi.

Berkaitan dengan produk buatan masyarakat Wamena, Hilmar mengunjungi tempat pengembangan kopi arabika Wamena milik Hubertus Marian.

Ia menginformasikan mengenai perlindungan indikasi geografis yang harus dipelajari oleh para petani serta pengembang kopi agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak lain.

“Yang kurang adalah soal perlindungannya, karena adanya indikasi geografis, maka orang bisa menggunakan kopi Wamena, dapat digunakan di mana-mana. Misalnya kopi berasal dari daerah lain, tetapi dinamakan Kopi Wamena, sehingga jika diberikan indikasi geografis, hak atas bibit, proses, hingga cara pembuatan akan terlindungi,” katanya.

Kunjungan ini, diharapkan oleh Thony, dapat meningkatkan dan memperbaiki budaya lokal yang ada di Jayawijaya.

“Pemerintah pusat diharapkan dapat menyampaikan nilai budaya, misalnya wisata Mumi, sehingga dapat memberikan informasi positif dan bisa menarik wisatawan, baik dalam dan luar negeri dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat di Jayawijaya,” ujarnya.

Dalam kunjungan ini, Hilmar dan rombongan disambut dengan tarian tradisional.

Masyarakat lainnya yang juga mengetahui kunjungan ini segera menjajakan hasil kerajinan tangan mereka seperti koteka, kare-kare, dan pernak-pernik khas Jayawijaya lainnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru