21 C
Indonesia

Universitas Harvard Akan Buka Kursus Bahasa Asia Tenggara pada Tahun Akademik 2023/2024

Must read

MASSACHUSETTS – Salah satu perguruan tinggi ternama Amerika Serikat, Harvard University, akan segera membuka kursus bahasa-bahasa Asia Tenggara, termasuk bahasa Indonesia.

Surat kabar mahasiswa Harvard Crimson menyebut ada tiga bahasa yang akan diajarkan di kampus bergengsi itu, yakni bahasa Indonesia, bahasa Tagalog, dan bahasa Thailand.

Rencana pembukaan kursus-kursus ini datang sebagai dorongan untuk mengembangkan studi Asia Tenggara di sana.

Baca Juga:

Untuk mewujudkannya, Departemen Studi Asia Selatan universitas pun akan merekrut tiga pembimbing untuk mengajar bahasa-bahasa tersebut mulai tahun akademik 2023/2024 nanti.

Mengutip Republika, direktur eksekutif untuk Harvard Asia Center, Elizabeth K Liao, berharap perekrutan ini dapat berdampak signifikan terhadap misi jangka panjang, untuk membangun studi Asia Tenggara di Harvard.

Selain itu, ia juga berharap langkah ini dapat berdampak pada keterlibatan universitas dengan wilayah Asia Tenggara.

Direktur Pusat Asia sekaligus profesor studi Bahasa dan Peradaban Asia Timur, James Robson, mengungkap bahwa pemerintah memperoleh dana sebesar $1 juta (sekitar Rp15 miliar) dari anggaran untuk mendanai posisi pembimbing Tagalog.

Meskipun ada kemungkinan pendanaan tidak akan sepenuhnya berlanjut setelah tiga tahun, ia menjelaskan ini adalah bagian dari upaya untuk menciptakan kesadaran yang lebih luas tentang Asia Tenggara di Harvard University.

Lebih lanjut, ia mengatakan hal ini mungkin dapat menciptakan minat yang lebih dalam terhadap mata pelajaran terkait.

“Harapan saya adalah, kita dapat menunjukkan ada permintaan untuk bahasa-bahasa ini dan para siswa bersemangat tentangnya,” katanya, dilansir dari Sea Mashable.

“Maka mudah-mudahan kita juga dapat menggunakan ini untuk meyakinkan pemerintah untuk lebih mendukung studi Asia Tenggara secara umum dan pengajaran bahasa tertentu,” imbuhnya.

Di Amerika Serikat, Tagalog adalah salah satu bahasa non-Inggris yang paling banyak digunakan setelah bahasa Spanyol dan Kanton/Mandarin.

Bahasa Filipina itu digunakan oleh sekitar 1,7 juta orang di sana. Oleh karenanya, para pengamat pun telah menyambut langkah Harvard untuk mengatasinya sebagai subjek akademik.

Wakil presiden Harvard Philippine Forum (HPF) sekaligus ketua redaksi Harvard Crimson, Eleanor Wikstrom, mengatakan bahwa mendapatkan bahasa yang ditawarkan di Harvard telah menjadi salah satu tujuan utama pihaknya.

“Meskipun ini adalah kursus bahasa Tagalog pertama yang pernah ditawarkan dalam sejarah Harvard, saya pikir ada juga perasaan bahwa kita perlu memastikan bahwa kita mengajarkannya dengan benar, tidak hanya bahasa Tagalog, tetapi budaya Filipina secara keseluruhan,” katanya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru