THAILAND – Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin menyebut Singapura sebagai dalang di balik tidak adanya konser “Eras Tour” Taylor Swift di Asia Tenggara selain negara itu sendiri.
Ia mengatakan Swift dan timnya ditawari sejumlah uang, antara $2 juta sampai $3 juta (sekitar Rp31 miliar sampai Rp46 miliar), untuk setiap pertunjukannya di Singapura.
Hal itu disebutnya berlaku jika pelantun lagu “Shake It Off” itu setuju untuk hanya tampil di Singapura untuk wilayah ASEAN dalam rangkaian turnya.
Dan seperti yang diketahui, bintang pop dunia itu akan memanjakan penggemarnya selama enam hari di Singapura pada awal Maret mendatang.
Adapun Srettha mengklaim mengetahui informasi tersebut dari promotor AEG setelah bertanya-tanya sejak lama.
Ia kemudian menyebut Pemerintah Singapura “cerdas” dalam hal ini, mengingat dampak perekonomian yang akan muncul dari konser sang bintang tidak main-main.
“Jika ia datang ke Thailand, akan lebih murah untuk menyelenggarakannya di sini, dan saya yakin dia akan mampu menarik lebih banyak sponsor dan wisatawan ke Thailand,” katanya dalam iBusiness Forum 2024 di Bangkok, Jumat (16/2).
“Meskipun kami harus menyubsidi setidaknya 500 juta baht (sekitar Rp219 miliar), itu akan sangat bermanfaat,” imbuhnya.
Melansir detiknews, dampak dari diselenggarakannya konser “Eras Tour” di berbagai kota di sejumlah negara telah digambarkan sebagai hal yang sangat “mengejutkan”.
Di Amerika Utara saja, tur ini diproyeksikan menghasilkan pendapatan sebesar $2,2 miliar (sekitar Rp34 triliun).
Valuasi ekonomi dari tur tersebut juga telah ditingkatkan menjadi $5 miliar atau lebih tinggi dari Produk Domestik Bruto 50 negara.
Oleh sebab itu, Srettha kemudian berjanji untuk menghadirkan konser superstar lain ke Thailand usai Taylor Swift tidak memilih negaranya sebagai salah satu perhentian Eras Tour.
