23.6 C
Indonesia

Suku Mante: Asal-Usul, Ejekan, Dan Keberadaannya Sekarang

Must read

ACEH – Suku Mante yang pernah menghebohkan Indonesia pada 2017 lalu hingga kini masih menjadi misteri. Keberadaannya yang sulit ditemukan hingga bukti-bukti yang hanya berdasarkan cerita masyarakat membuat suku ini kerap dianggap mitos belaka.

Suku Mante sendiri dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari orang-orang Aceh saat ini. Mereka dipercaya berasal dari suku Batak yang lama kelamaan mendiami pesisir Aceh.

Seiring berjalannya waktu, orang-orang baru terus berdatangan dan mendiami kawasan pesisir.

Baca Juga:

Orang-orang Mante yang enggan menerima perubahan akhirnya memilih bergeser ke wilayah yang lebih masuk ke dalam hingga kini. Pergeseran tersebut diyakini masih berlangsung hingga kini.

Bagi sebagian orang yang tidak mempercayai punahnya suku Mante atau status mitos yang dilekatkan pada keberadaannya, maka mereka percaya bahwa suku tersebut kini tinggal di hutan-hutan belantara di pedalaman Aceh.

Banyak dugaan mengenai hubungan suku Mante dengan suku-suku lainnya.

Situs Indonesia.go.id yang dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara dan Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa suku ini berkerabat dekat dengan suku Batak, Gayo, dan Alas.

Buku Ensiklopedi Aceh: Adat, Bahasa, Geografi, Kesenian, Sejarah menyebutkan bahwa suku Mante memiliki kaitan dengan suku bangsa Mantera di Malaka. Suku ini merupakan bagian dari bangsa Khmer dari Hindia Belakang.

Berdasarkan etnologi sendiri, Suku Mante diduga masih berhubungan dengan bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida yang mendiami lembah sungai Indus dan Gangga.

Akan tetapi, hipotesis tersebut masih belum dipastikan kebenarannya oleh para ahli.

Adapun nama Mante pertama kali digunakan oleh Dr. Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul De Atjehers.

Ia menggunakannya untuk merujuk orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII.

Meskipun begitu, Hurgronje sendiri belum pernah bertemu dengan yang ia sebut sebagai orang Mante tersebut.

Ia menuliskannya dengan bersandar pada cerita-cerita yang dibicarakan dari mulut ke mulut.

“Menurut kabar, orang Mante ini tanpa busana dan tubuh mereka berambut tebal; dikabarkan bahwa mereka mendiami pegunungan di Mukim XXII; akan tetapi, semua informasi kita hanya berasal dari cerita,” tulisnya.

Hurgronje juga menuliskan cerita bahwa pada abad 18, sepasang suami istri yang diyakini sebagai orang Mante ditangkap dan dibawa menghadap ke Sultan Aceh saat itu.

Akan tetapi, keduanya menolak berbicara, makan, ataupun minum hingga mati kelaparan.

Sebagai suku yang dianggap primitif, terasing, dan berbeda, orang-orang Mante pernah dijadikan label untuk merendahkan orang lain.

Hurgronje mencatat, dalam percakapan sehari-hari saat itu, orang-orang yang dianggap bodoh dan serba canggung disamakan dengan orang Mante.

Ejekan ini juga diberikan oleh orang-orang dataran rendah untuk menunjuk orang-orang dataran tinggi yang menurut mereka kurang beradab, serta penduduk pantai barat yang berdarah campuran.

Sementara itu, dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof. Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk merujuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan.

Kamus Gayo yang lain, Gayo-Indonesia karangan antropolog Nelalatua, Mante diartikan sebagai kelompok terasing.

Hingga kini, belum ada penelitian yang cukup untuk mengonfirmasi semua hal di atas.

Bukti-bukti yang terkumpul mengenai keberadaan suku Mante juga dinilai belum cukup kuat untuk melanjutkan penelitian.

Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh Tahun 2017, Mulyadi Nurdin, mengatakan bahwa suku Mante pernah dijumpai beberapa kali di sekitar pedalaman Aceh Besar, Pidie, dan daerah-daerah lain yang memiliki hutan belantara.

“Pedalaman Aceh mulai Aceh Besar dan mentoknya di Aceh Tenggara itu kan tersambung. Dulu juga pernah ditemukan mereka di pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur,” katanya.

Tapi selain itu, belum ada lagi pembicaraan mengenai keberadaan mereka.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru