JAKARTA – Setelah sebelumnya menghantui Singapura, sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 baru-baru ini terdeteksi telah memasuki Indonesia. Total 8 kasus dari kedua sub varian ini ditemukan di Bali dan Jakarta.
Di Bali, kasus ditemukan pada 1 orang WNI yang menjadi panitia acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) dan 3 orang WNA dari Amerika, Brazil, dan Mauritius, yang menjadi peserta dalam acara yang sama.
Mereka menjalani pemeriksaan pada hari yang berbeda, yakni Rabu (25/5) dan Kamis (26/5), dan dinyatakan positif Covid-19. Mereka lalu menjalani karantina selama lima hari di hotel dan diperbolehkan pulang setelah dinyatakan negatif.
Akan tetapi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru mengumumkan hasil pemeriksaan spesimen pada hari Kamis (9/6) pekan lalu. Salah satu dari keempatnya dinyatakan terinfeksi Covid-19 Omicron BA.4, sedangkan tiga lainnya mengidap sub varian BA.5.
Sehari setelahnya, di Jakarta, hasil pemeriksaan whole genome sequencing menyatakan 4 orang lainnya telah terpapar BA.4 dan BA.5.
Mengutip Liputan6, Menurut data yang dibagikan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan, tiga di antaranya bergejala (satu gejala sedang dan dua gejala ringan) dan satu orang lainnya tidak diketahui apakah bergejala atau tidak.
“Gejala BA.4 dan BA.5 ini mirip dengan awal-awal Omicron terdahulu ya, BA.1 yang ringan dan sedang. Semoga tidak ada yang berat meski berkaca dari 8 kasus saja,” ujar Erlina.
Replikasi Omicron, lanjutnya, banyak terjadi di saluran napas atas. Akan tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan ditemukannya kasus dengan replikasi di saluran napas bawah yang umumnya menyebabkan sesak napas.
Mengenai kecepatan penularan, ia memprediksi bahwa sub varian ini lebih cepat menular dibanding BA.1 dan BA.2.
“Namun, untuk tingkat keparahan, saat ini karena kasusnya masih sedikit belum ada indikasi lebih parah. Jadi minimal sama dengan varian Omicron yang original. Belum terlihat indikasi perbedaan mungkin karena baru sedikit (kasusnya),” papar Erlina.
Seperti yang diketahui, sub varian BA.4 dan BA.5 telah menjadi penyebab munculnya gelombang baru Covid-19 di Afrika Selatan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa juga telah memasukkannya ke dalam kelompok varian of concern (VoC) atau varian yang diperhatikan.
Di Singapura, kasus dengan varian ini pun telah ditemukan. Pada bulan Mei lalu, Kementerian Kesehatan Singapura mendeteksi 3 kasus dengan 2 sub varian tersebut, 2 kasus BA.4 dan 1 kasus BA.5.
Atas penemuan tersebut, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan bahwa negaranya mungkin akan menghadapi gelombang baru pada bulan Juli dan Agustus.