JAKARTA – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akhirnya mengeluarkan resolusi yang menuntut terlaksananya gencatan senjata segera di Jalur Gaza, Palestina.
Resolusi tersebut disahkan pada Senin (25/3), setelah 14 negara anggota dewan memberikan suara setuju dan Amerika Serikat sendiri memilih tidak memberikan suara atau abstain.
Itu adalah kali pertama negara yang dipimpin Joe Biden tersebut memilih abstain dalam pengambilan keputusan PBB terkait perang Hamas-Israel di Gaza.
Adapun resolusi diajukan oleh 10 negara anggota dewan tidak tetap DK PBB. Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Guyana, Ekuador, Jepang, Malta, Mozambik, Sierra Leone, Slovenia, Korea Selatan, dan Swiss.
Resolusi ini mencakup tiga hal, yakni gencatan senjata segera pada bulan Ramadan “yang mengarah pada gencatan senjata yang berkelanjutan dan abadi”, pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta “menekankan kebutuhan mendesak” untuk perluasan aliran bantuan ke Gaza.
“Situasi di Gaza adalah hal yang sangat memprihatinkan untuk seluruh komunitas internasional,” kata Utusan Tetap Mozambik untuk PBB Pedro Comissário Afonso saat membacakan draf resolusi, dikutip dari Al Jazeera.
“Jelas, eskalasi konflik di Jalur Gaza dan konsekuensi malapetakanya adalah ancaman jelas bagi keamanan dan perdamaian internasional,” lanjutnya.
Suara tepuk tangan memenuhi ruang DK PBB setelah pemungutan suara menentukan bahwa resolusi akan diimplementasikan.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan dalam unggahannya di platform media sosial X bahwa kegagalan dalam mengimplementasikan resolusi “tidak dapat dimaafkan”.
“Dewan Keamanan baru saja menyetujui resolusi yang telah lama ditunggu-tunggu mengenai Gaza, menuntut gencatan senjata segera, dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat. Resolusi ini harus dilaksanakan. Kegagalan tidak bisa dimaafkan,” tulisnya.
Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 32 ribu orang, termasuk anak-anak dan wanita, tewas.
Selain korban jiwa, sekitar 1,4 juta orang harus mengungsi ke daerah perbatasan Jalur Gaza-Mesir, Rafah, yang kini juga dibombardir oleh pasukan Israel.