SELANDIA BARU – Di Pulau Campbell yang berbatu dan dipenuhi semak di Selandia Baru, sebuah pohon cemara terlihat menjulang dengan tinggi mencapai sembilan meter.
Tidak hanya menjadi yang tertinggi di lingkungannya, pohon ini juga sudah berusia sangat tua, yaitu 120 tahun.
Ia adalah pohon cemara sitka. Dari tumbuhan lain yang merupakan tetangga terdekatnya di Samudra Selatan, ia berdiri sendirian di jarak 193 km.
Dilansir dari Sindonews, lingkungan tempat pohon ini hidup hanya disinari matahari kurang dari satu jam setiap harinya.
Hujan juga turun rata-rata selama 325 hari dan suhu terpanasnya hanya 6 derajat Celcius.
Meskipun kesepian di tengah cuaca yang dingin sepanjang tahun, pohon cemara sitka ini dapat dikatakan sebagai salah satu pelindung utama bagi daerah di sekelilingnya dalam berperang melawan perubahan iklim.
Pasalnya, ia mampu menyerap 10 persen dari semua karbon yang membentang antara Antartika dan tepi selatan Australia dan Selandia Baru.
“Ini adalah komponen yang sangat penting dari sistem iklim,” kata Andrew Meijers, dari British Antarctic Survey.
Untuk dapat menelisik lebih jauh tentang ‘kecanggihan’ pohon ini, Jocelyn Turnbull selaku ilmuwan dari Selandia Baru mengatakan bahwa diperlukan upaya membandingkan pengukuran karbon dioksida dan radiokarbon historis.
Sumber CO2 yang berada di atmosfer di sekitar Samudra Selatan akan dapat diketahui dari data-data hasil pengujian tersebut.
Akan tetapi, sayangnya, mendapatkan data-data tersebut tidaklah mudah.
Pasalnya, tidak pernah ada alat yang dipasang di sana sejak 30 tahun yang lalu.
Turnbull pun menggunakan data dari cincin pohon yang berisi catatan panjang yang dia butuhkan.
Dengan menggunakan bor tangan, ia mengekstraksi sampel inti sedalam 5mm dari pohon pada tahun 2016.
Akan tetapi, hasil detailnya belum dipublikasikan.
Diharapkan dari sebatang pohon yang kesepian itu, terungkap sebuah rahasia yang akan membantu melindungi Bumi.
“Setiap tahun, Anda memiliki cincin yang bisa dibedakan. Anda dapat mengiris cincin itu dan mengukur radiokarbon di dalamnya, kemudian kita dapat mengembalikan cerita ini ke masa lalu tentang bagaimana lingkungan telah berubah,” katanya.