25.6 C
Indonesia

PO Bus Sinabung Jaya, Kisah CSR Keluarga dari Suku Karo di Sumatera Utara Untuk Mendukung Petani Desanya

Must read

THE EDITOR – Keluarga dari Suku Karo yang bermukim di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia memiliki cara yang unik dalam mengelola dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan ke masyarakat.

The Editor berbincang dengan salah satu keluarga pemilik perusahaan bus PO Sinabung Jaya yang memiliki trayek khusus Kota Medan – Kabanjahe di di salah satu Cafe Starbuck Kemanggisan, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

Nama pria tersebut adalah Yantaras Sembiring Guru Kinayan. Pria pengusaha ini juga bagian dari keluarga Karo yang telah berbisnis ke Eropa di tahun 1950-an.

Baca Juga:

Sebagai ungkapan terima kasih atas keberhasilan kakek dari Yantaras, sebuah armada bus bernama PO Sinabung Jaya dibuat untuk mengangkut barang-barang hasil bumi masyarakat yang tinggal di bawah kaki Gunung Sinabung.

Mengapa? Karena kakek Yantaras Sembiring Guru Kinayan berasal dari Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Indonesia.

Dikatakan olehnya, keluarganya telah memulai CSR sejak tahun 1967 di momen saat peristiwa bersejarah tengah terjadi di Jakarta, yaitu G30S/PKI. 

“Dulu tidak ada transportasi ke Gugung (Gunung Sinabung). Dibuatlah bus itu yang awalnya masih (bus) Dodge (klasik dengan kerangka kayu)” ungkapnya.

Mengapa pengadaan bus pribadi tersebut dikatakan seperti CSR? Karena dalam prakteknya pengusaha tidak mendapat keuntungan dalam bisnis ini. Terlebih lagi penumpang bus tersebut sebagian besar adalah keluarga mereka yang tinggal di bawah kaki Gunung Sinabung.

Bus Sinabung Jaya ini memang disediakan agar masyarakat disana dapat mengantarkan hasil panen mereka ke kota, yaitu Kabanjahe untuk dijual.

“Yang naik keluarga semua, tapi (bus) itu harus ada karena hasil panen dari bawah kaki Gunung Sinabung tidak akan bisa tiba di kota,” katanya.

Kerugian dalam perjalanan bisnis PO Sinabung Jaya yang dibuat oleh kakek Yantaras semakin menjadi-jadi saat bus klasik jenis dodge tidak lagi dijual di Indonesia. 

“Akibatnya sparepartnya sulit ditemukan dan bangkrut semuanya,” kata Yantaras.

Namun, lanjut Yantaras, keluarga mereka tidak diam saja karena jenis bus akhirnya diganti agar dapat menyesuaikan dengan jaman. Dalam perjalannnya, keluarga ini juga bisa menambah rute baru hingga ke Kota Medan yang berjarak 2 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat.

“Jadi, orang Karo sudah duluan bikin CSR walaupun tidak dipublikasi secara baik. jadi, jangan dikira CSR itu dibuat baru sekarang. Tidak, orang Karo sudah lakukan setelah peristiwa G30S/PKI memanas di Jakarta, ibukota Indonesia.

SIAPA KAKEK YANTARAS?

Mobil O Sinabung Jaya nomor 10, BK. 39013 trayek Gurukinayan – Medan dengan merek Chevrolet tahun 1961 di Parik Lau (sungai) Gurukinayan. Di belakang terlihat Almarhum Buyung sedang mencuci bus, di depan (sesuai arah jam) tampak Rophian Sembiring Gurukinayan, Bania Fonta Singarimbun dan anak Almarhum Tabas Surbakti bernama Dalton Surbakti dan Asa Surbakti (FOTO: SinabungJaya.Com/THE EDITOR)
Mobil O Sinabung Jaya nomor 10, BK. 39013 trayek Gurukinayan – Medan dengan merek Chevrolet tahun 1961 di Parik Lau (sungai) Gurukinayan. Di belakang terlihat Almarhum Buyung sedang mencuci bus, di depan (sesuai arah jam) tampak Rophian Sembiring Gurukinayan, Bania Fonta Singarimbun dan anak Almarhum Tabas Surbakti bernama Dalton Surbakti dan Asa Surbakti (FOTO: SinabungJaya.Com/THE EDITOR)

Nama kakeknya yang memulai bisnis ini adalah Erti Sembiring Guru Kinayan. Erti sendiri adalah sebuah nama yang memiliki makna dalam bahasa Indonesia adalah Arti. Sementara itu Sembiring Guru Kinayan artinya dia bermarga Sembiring dari Desa Guru Kinayan yang berada di kaki gunung Sinabung.

Ayah Yantaras sendiri bernama Kueteh Sembiring Guru Kinayan. Ayahnya adalah anak tertua dari 9 bersaudara.

Bus PO Sinabung Jaya hingga saat ini masih beroperasi di Kabupaten Karo. Bus ini memang memiliki keistimewaan tersendiri bagi warga Karo yang sering bepergian ke Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Dalam prakteknya, jumlah armada bus ini tetap meningkat dengan harga tiket dari Kabanjahe menuju Kota Medan non AC hanya Rp 20.000 dan yang pakai AC Rp 25.000. Sementara itu dari Berastagi ke Medan non AC Rp 15.000 dan AC Rp 20.000.

Kata Yantaras, armada bus ini tetap eksis di Kabupaten Karo karena keluarganya mengelola bus secara unik dimana masyarakat luar diizinkan menggunakan nama Sinabung Jaya dengan pengaturan kontrak tertentu kepada keluarga mereka.

Nah, sahabat The Editor, apakah anda tertarik mendorong perkembangan desa dan kota anda seperti keluarga pemilik Sinabung Jaya ini? Komen di bawah ya.

Baca Juga: Program 6 Bulan Pertama: Ketum FKIR Minta Calon Bupati Terpilih Kabupaten Karo Kocok Ulang 13 Kepala Dinas Yang Suka Absen dan Terlambat!

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru