24.7 C
Indonesia

Lakukan Monitoring dan Evaluasi, Kementan Pastikan RJIT di Jombang Berfungsi dengan Baik

Must read

JOMBANG – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Dari hasil kegiatan tersebut, dipastikan program RJIT bantuan Kementan berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan pasokan air untuk petani.

Dalam program monitoring dan evaluasi tersebut, ada tujuh kelompok tani yang mendapat program RJIT yakni Kelompok Tani Sumbersari di Desa Sukosari Kecamatan Jogo Roto, Kelompok Tani Sidowaras di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Jogo Roto, Kelompok Tani Bakti Tani di Desa Pulo Lor Kecamatan Jombang, Kelompok Tani Kalimati di Desa Podoroto Kecamatan Kesamben, Kelompok Tani Banjarejo di Desa Kudubanjar Kecamatan Kudu, Kelompok Tani Sentulan di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan dan Kelompok Tani Jambe di Desa Bangsri Kecamatan Plandaan.

Baca Juga:

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, program RJIT merupakan salah satu dari sejumlah kegiatan dari Kementan yang dilaksanakan demi mendukung manajemen air.

“Dalam pertanian, harus selalu ada air. Oleh karena itu, manajemen air menjadi sangat penting,” kata Syahrul pada Kamis (2/12).

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil mengatakan, program RJIT merupakan salah satu dari sejumlah kegiatan dari Kementan yang dilaksanakan demi mendukung manajemen air.

“Perlu ditata airnya, misalnya di mana primernya, di mana sekundernya, di mana tersiernya, di mana kuarternya, sehingga air dapat betul-betul dimanfaatkan untuk mencapai tiga kali (panen),” tuturnya.

Ali menegaskan pentingnya penataan manajemen air mulai dari hulu hingga hilir. Pemetaan pun harus dilakukan.

“RJIT memastikan bahwa pasokan air dapat berjalan dengan baik, sehingga petani tak memiliki kendala pengairan yang merupakan komponen pokok dalam budidaya pertanian,” katanya.

Menurut Ali, pengelolaan air irigasi harus dilakukan dari hulu sampai ke hilir. Sebab, kata Ali, tak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem irigasi.

“Akibatnya, efisiensi dan efektivitas irigasi akan berkurang. Dengan begitu, produktivitas juga akan terganggu. Di sinilah pentingnya water management,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Irigasi Dirjen PSP Kementan Rahmanto menerangkan, pengelolaan air irigasi harus dilakukan dari hulu sampai ke hilir.

“Harapannya (saluran irigasi tersebut) dapat mengairi lahan agar pertanian lebih baik lagi,” ujar Rahmanto.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru