JAKARTA – Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2024 ini telah menyentuh 35 ribu kasus dengan ratusan kematian.
Demikian disampaikan para pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menyoroti peningkatan jumlah kasus hingga dua kali lipat dari yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kemenkes melaporkan bahwa tren laju kasus dimulai sejak akhir Februari 2024 yang semula berkisar 15 ribu kasus.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa angka kematian juga meningkat, namun tidak sebesar peningkatan kasus DBD-nya sendiri.
Menurutnya, maraknya kemunculan DBD di tengah-tengah masyarakat dipengaruhi oleh faktor pemanasan global–termasuk fenomena El Nino yang melanda Indonesia.
Cuaca yang panas disebutnya menyebabkan siklus hidup nyamuk dari dalam telur hingga dewasa berjalan lebih cepat.
“Karena ada El Nino pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya demam berdarah terjadi peningkatan,” katanya, Jumat (22/3), dikutip dari Republika.
Ia kemudian memperkirakan kenaikan kasus DBD masih akan terus berlangsung hingga memuncak pada April 2024.
Hal serupa diungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imam Pambudi, menyebut bahwa cuaca dapat menjadi penyebab munculnya kasus DBD.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia mengalami kondisi cuaca yang aneh dalam beberapa hari ke belakang, dengan hujan yang diikuti oleh panas selama tiga hari berturut-turut.
Genangan air yang tercipta saat hujan, katanya, dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD.
Sementara itu, seperti yang disampaikan Nadia, cuaca panas dapat mempercepat laju laju siklus hidup dari dalam telur hingga menjadi dewasa.
Imran pun mengungkap beberapa strategi penanggulangan DBD, mulai dari manajemen risiko, peningkatan akses layanan publik, penguatan surveilans, serta pelibatan masyarakat.