TONGA – Kabel internet bawah laut yang menghubungkan Tonga ke seluruh dunia telah diperbaiki, lima minggu setelah letusan gunung berapi bawah laut melanda negara kepulauan Pasifik yang kecil itu.
Letusan terjadi pada 15 Januari dan disusul oleh tsunami yang kemudian menyebabkan kerusakan yang cukup parah. Tiga orang dinyatakan tewas dan ratusan rumah rusak.
Menyusul setelahnya, ketidakmampuan global untuk menjangkau Tonga akibat kabel internet bawah laut yang terputus.
Selain itu, layanan satelit darurat hanya menyediakan tautan komunikasi terbatas.
Meskipun beberapa layanan internet tingkat rendah sudah didirikan sekitar seminggu setelah ledakan, koneksi yang ada dinilai tidak cukup.
Saat itu, berbagai macam bantuan dan pasokan lainnya mulai tiba di pulau-pulau itu.
Sebelumnya, kabel bawah laut sepanjang 840 km yang menghubungkan Tonga ke Fiji adalah satu-satunya sumber internet yang diandalkan oleh penduduk.
Pada Selasa (22/2) sore, penyedia telekomunikasi utama pulau itu Digicel dan TCC mengonfirmasi bahwa internet telah dipulihkan ke pulau-pulau utama.
Meskipun begitu, pekerjaan mereka belum selesai mengingat kabel domestik yang melayani pulau-pulau terpencil masih perlu diperbaiki.
Di media sosial, orang-orang Tonga mulai mengabarkan bahwa mereka kembali online serta sudah dapat menghubungi keluarga dan teman dengan lebih mudah.
“Saya cukup senang kami kembali online,” kata Perdana Menteri Tonga Hu’akavemeiliku Siaosi Sovaleni kepada Australian Broadcasting Corporation.
“Kami memiliki beberapa kapasitas melalui satelit tetapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang kami miliki saat ini dengan kabel yang disambungkan kembali,” katanya.
“Itu adalah tugas besar, mengingat jumlah kerusakan, dan kami pikir itu akan diperbaiki seminggu yang lalu,” lanjutnya.
Kuatnya letusan saat itu merusak dan menghancurkan sekitar 80 km dari keseluruhan jalur internet.
Perbaikannya memakan waktu 10 hari lebih lama dari yang diperkirakan.
Letusan itu bahkan diperkirakan lebih kuat dari ledakan bom nuklir di Hiroshima.
Pemerintah Tonga mengatakan bahwa 85% penduduknya terkena dampak letusan gunung berapi.
Wilayah ibu kota dan daerah lain diselimuti abu serta air minum segar sulit didapat.
Dalam wawancara eksklusif dengan BBC pekan lalu, Perdana Menteri Hu’akavemeiliku Siaosi Sovaleni mengatakan bahwa rakyatnya masih berjuang untuk mengatasi pengalaman traumatis.
“Kami menyadari bahwa meskipun kami mungkin mulai membangun kembali beberapa rumah seperti bulan depan atau lebih, sisi mentalnya akan memakan waktu sedikit lebih lama,” paparnya.
Sumber: BBC