JAKARTA – Sejumlah permasalahan sanitasi dan air limbah masih menghantui ibu kota Indonesia, DKI Jakarta. Beberapa di antaranya adalah sampah dan praktik buang air besar sembarangan (BABS) yang mencemari perairan sungai di sekitarnya yang seharusnya dapat menjadi contoh sungai yang baik bagi sungai-sungai lain di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempersiapkan pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) atau yang sering disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, masalah sanitasi bukan semata masalah ketersediaan infrastruktur, namun juga sangat bergantung pada pola perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan.
Oleh karena itu, pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan akses sanitasi di DKI Jakarta dan melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci, kakus, dan aktivitas rumah tangga lainnya.
“Persepsi masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan masih belum menjadi kebutuhan. Praktik buang air besar sembarangan (BABS) juga masih terjadi di beberapa tempat,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.
Di wilayah perkotaan seperti Jakarta yang memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan lainnya, sistem sanitasi yang baik memang sangat dibutuhkan.
Berdasarkan hasil review master plan Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia, tahun 2012, telah ditetapkan 15 zona wilayah pembangunan.
Dari kelima belas zona tersebut, Kementerian PUPR memprioritaskan pembangunan di Zona 1 dan Zona 6 yang meliputi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.
Pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di DKI Jakarta Zona 1 direncanakan akan dikerjakan Kementerian PUPR melalui bantuan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dan juga didukung pembiayaan APBD Pemprov DKI.
Pembangunan ini akan berjalan dengan paket perencanaan sebesar Rp185 miliar.
Konstruksi Zona 1 ditargetkan dimulai pada tahun 2023 dan akan diselesaikan tahun 2027. Pekerjaan di area ini meliputi konstruksi stasiun pompa, IPALD, dan pelatihan operasional pemeliharaan selama 2 tahun setelah konstruksi IPALD selesai.
Selain itu, akan dibangun juga jaringan perpipaan meliputi trunk sewer, pipa lateral, fasilitasi interseptor, dan Sambungan Rumah untuk pilot area.
IPAL dan stasiun pompa Zona 1 akan dibangun di Kawasan Waduk Pluit di atas lahan seluas 3,9 hektar dengan kapasitas 240.000 m³/hari.
Keduanya dapat melayani hingga 989.389 jiwa atau 220.000 Sambungan Rumah (SR) yang tersebar di 8 kecamatan di Jakarta, yaitu Menteng, Tanah Abang, Gambir, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Pademangan, dan Penjaringan seluas 4.901 hektar.
IPALD Zona 1 dirancang menggunakan proses A2O (anoxic, anaerobic dan oxic) yang dikombinasikan dengan system MBR (Membrane Bio Reactor).
Untuk Zona 6 (Fase 1) akan dibangun IPALD di kawasan Duri Kosambi seluas 7,13 hektar dengan kapasitas IPAL 47.500 m³/hari.
JSDP Zona 6 (Fase 1) ini ditargetkan akan melayani 4 Kota Administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang terdiri dari 12 kecamatan dengan jumlah penduduk terlayani sebanyak 180.800 jiwa atau 36.000 SR.
Mengenai proses pembangunannya, saat ini sedang berjalan paket perencanaan dan supervisi sebesar Rp381 miliar. Konstruksi Zona 6 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2024 dan akan diselesaikan tahun 2026.