21.7 C
Indonesia

Djamin Ginting Usir Pasukan Jepang Yang Ingin Kuasai Tigapanah Dan Berastagi

Djamin Ginting Melawan Belanda Dan Jepang Dengan Pendidikan

Must read

TANAH KARO – Pendidikan adalah bagian yang paling penting seorang Djamin Ginting. Pria kelahiran Desa Suka Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo ini adalah seorang anak yang bertekad kuat untuk terus sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi karena lahir di masa penjajahan Belanda.

Djamin Ginting adalah anak seorang Penghulu Kesain yang juga disebut sebagai anak orang yang memiliki kedudukan yang terhormat. Dalam sistem kekerabatan orang Karo, seorang Penghulu Kesain bertugas untuk membentuk konfederasi desa (kuta) yang disebut dengan Urung.

Saat Djamin Ginting masih muda, seluruh desa tempat Ia tinggal berada di bawah kekuasaan kolonial. Djamin Ginting sering ikut bapaknya dalam kegiatan administrasi desa. Dan disana Ia melihat bagaimana cara bapaknya mengambil keputusan penting.

Baca Juga:

Djamin Ginting sadar bila melawan Belanda dengan senjata sungguh sangat mustahil saat itu. Jadi, satu-satunya cara agar bisa menang menurut versi Djamin Ginting adalah mengikuti cara orang Belanda dalam cara mengenal, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, Ia tidak pernah berhenti melanjutkan pendidikannya saat itu.

Sebelum pendudukan Jepang di Sumatera, Djamin Ginting yang mulai beranjak dewasa bekerja di sebuah kantor dagang di Kesawan, Medan. Saat itu, Ia dapat melihat orang Jepang mulai memberikan tekanan kepada orang Karo. Tekanan dari Jepang itu juga membuat Ia harus meninggalkan Medan dan pindah ke Kabanjahe yang jaraknya sekitar 100 km dari Medan.

Di Kabanjahe Ia membuka usaha sendiri dengan menjual perasaan air tebu Berastgai yang memang terkenal manis untuk dapat bertahan hidup.

Di tahun 1943, Djamin Ginting bergegas ke Medan sesudah membaca maklumat BOMPA (Badan Oentoek Membantoe Pertahanan Asia) yang membuka pendaftaran untuk sekolah laskar rakyat Gyugun bagi pemuda di Sumatera.

BOMPA adalah sebuah badan yang didirikan oleh tentara pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia, khususnya di wilayah Pulau Sumatra selama Perang Dunia II.

Djamin tentu saja ikut serta dalam seleksi ketat yang berlangsung di Helvetia. Sampai pada akhir 1943, Djamin dinyatakan lulus seleksi di awal Gyugun dan diberangkatkan ke Siborong-Borong untuk mengikuti latihan militer yang sesungguhnya selama tiga bulan.

Selama tiga bulan disana, Kapten Mitsya menyatakan Djamin Ginting lulus dan berhak menyandang pangkat Letnan Gyugun. Pangkalan Brandan, kota yang kaya akan minyak dan gas bumi jadi tempat pertama baginya untuk bertugas. Di kota ini juga Djamin Ginting bertemu dengan istrinya, Likas Br Tarigan yang merupakan seorang guru Meisjesvervolgschool.

Djamin Ginting menikahi Likas Br Tarigan 21 hari sebelum naskah Proklamasi dibacakan oleh Soekarno dari Jakarta. Likas menjadi tenaga baru bagi kelangsungan karir militernya. Enam hari setelah pernikahan mereka, Djamin Ginting memimpin Kompi Istimewa Gyugun yang diberi tugas tambahan melatih pemuda-pemudi Gayo untuk menghadapi gerilya.

Ketika Jepang dikabarkan menyerah, Djamin Ginting kembali ke Kabanjahe dan menerima perintah membentuk dan melatih pasukan barisan pemuda Indonesia (BPI), yang kemudian dikenal sebagai Pasukan Djamin.

Pasukan Djamin ini adalah cikal bakal unit Tentara Keamanan Rakyat Divisi Sumatera Timur yang dikenal dengan TKR A dan bermarkas di Kabanjahe. Pasukan ini melucuti pasukan Jepang di Tiga Panah dan terlibat kontak senjata dengan Inggris yang mencoba masuk dari Berastagi.

Mereka memukul mundur pasukan Inggris meski sempat terdesak. Keberhasilan ini terjadi karena Djamin Ginting mendapat bantuan dari pasukan Tama Ginting.

Setelah menghadapi serangkaian pertempuran di dataran tinggi Karo, Djamin ditarik ke Medan dan menduduki posisi Wakil Kepala Staf Divisi IV TKR Sumatera Timur.

Jabatan itu menjadi taruhan saat Ia disergap oleh pasukan sekutu pda Maret dan ditahan serta diinterogasi terus menerus di penjara Sukamulia.

Setelah tiga bulan ditahan, Djamin Ginting dan sejumlah tahanan bebas atas kesepakatan pertukaran tawanan antara Sekutu dan Gubernur Sumatera.

Sumber: Djamin Ginting, Biografi Singkat diunggah oleh Kembdikbud di repostori.kemdikbud.go.id

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru