JAKARTA – Kita mengenal unicorn sebagai makhluk mitologi berbentuk kuda yang memiliki sayap dan tanduk. Biasanya, hewan ini muncul dalam film ataupun kartun fiksi dengan memiliki kekuatan magis yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Tapi, tahukah Anda bahwa ada satu hewan di dunia nyata yang mendapat julukan unicorn? Lebih dari itu, hewan ini bahkan dijuluki unicorn laut!
Hewan itu adalah narwhal, salah satu jenis paus bergigi (Odontoceti) yang berkerabat dekat dengan paus beluga.
Dijuluki sebagai unicorn karena fisiknya yang membuatnya terlihat memiliki tanduk panjang di kepalanya–yang sejatinya merupakan giginya sendiri.
Mengutip Kumparan, ahli bedah gigi sekaligus ilmuwan mamalia laut Arktik di Harvard University Dr. Martin Nweeia mengatakan bahwa tanduk narwhal sejatinya adalah sebuah gigi di sebelah kiri yang keluar dari kepalanya.
Biasanya, tanduk akan muncul di kepala narwhal jantan. Meskipun begitu, ada juga narwhal betina yang memilikinya.
Tanduk itu tumbuh dalam pola spiral dan akan terus tumbuh selama narwhal masih hidup.
Menurut catatan Polar Science Center di University of Washington, panjang tanduk itu bahkan bisa mencapai tiga meter.
Meskipun terlihat runcing dan cocok untuk berburu mangsa, tanduk narwhal tidak digunakan untuk tujuan tersebut.
Seperti yang tertera di laman AZ Animals, beberapa ahli meyakini bahwa tanduk narwhal dapat mendeteksi suara dan suhu.
Ada juga mengatakan bagian tubuh yang unik itu digunakan untuk menembus es dan menarik perhatian narwhal betina dalam ritual kawin.
Karena keunikannya, narwhal menjadi salah satu hewan yang jumlahnya di alam liar terus berkurang karena perburuan ilegal.
Hewan ini, yang berhabitat asli di kawasan dingin di Laut Antartika, juga terpengaruh dengan perubahan iklim yang memusnahkan habitatnya.
Melansir IDN Times, Dana Dunia untuk Alam (WWF) menyatakan bahwa narwhal berstatus hampir terancam dengan jumlahnya yang hanya mencapai kurang lebih 80.000 ekor.
Sementara itu, upaya pengembangbiakan di penangkaran oleh para ahli tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Narwhal memiliki kemampuan bertahan hidup yang justru menurun di penangkaran–membuatnya berakhir tidak bisa bertahan.
Akibatnya, para ahli berhadapan dengan penelitian yang amat lambat dan sejauh ini hanya bisa mengamati mereka di alam bebas.