21.2 C
Indonesia

Dipecat Tanpa Alasan, Guru di Bandung Buat Petisi

Must read

BANDUNG – Perlakuan kurang menyenangkan terhadap guru honorer kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang guru di salah satu sekolah di Bandung, Jawa Barat.

Haidar Nurzaman merasa dirinya telah didiskriminasi karena statusnya yang masih guru honorer. Ia tiba-tiba dipecat tanpa mendapatkan kejelasan.

Pengalaman kurang menyenangkan itu pun ia bagikan lewat Change.org, sebuah platform pembuat petisi yang dapat menampung suara sejumlah orang untuk isu tertentu.

Baca Juga:

Lewat petisi itu, ia mencari bantuan agar suaranya didengar dan keadilan bisa didapatkannya.

“Saya tiba-tiba dipecat. Tidak tahu apa alasannya. Saya pun dikeluarkan dari grup sekolah,” demikian bunyi pembukaan petisi tersebut.

Haidar bercerita bahwa sebelum pemecatannya, beberapa temannya telah resign. Oleh karena tidak lagi bekerja di sana, mereka pun dikeluarkan dari grup WhatsApp.

Grup ini digunakan untuk memberikan berbagai informasi penting mengenai kegiatan di sekolah, seperti jam belajar-mengajar.

Keanehan terjadi ketika ia juga ikut dikeluarkan. Padahal, ia tidak mengajukan resign.

Tangkapan layar ruang obrolan grup WhatsApp sekolah tempat Haidar Nurzaman bekerja saat ia dikeluarkan. (Foto: Change.org/THE EDITOR)

“Padahal saya tidak mengajukan pengunduran diri. Tiba-tiba langsung dikeluarkan dari group sekolah yang isinya informasi penting seperti jam mengajar,” katanya.

Dikatakan oleh Haidar, bahwa pihak sekolah tidak mengatakan apapun mengenai hal ini sama sekali.

Di sisi lain, ia tetap mengikuti berbagai kegiatan di sekolah mulai dari ujian kenaikan kelas, rapat pleno kelulusan, hingga kegiatan kelulusan itu sendiri.

Posisinya sebagai guru di sekolah tersebut dapat dikatakan tetap ada, namun tidak secara pasti karena ia pun mendapat perlakuan yang sama seperti mereka yang mengundurkan diri.

“Kenapa kok saya diperlakukan diskrimanatif? Apakah karena saya guru honorer?” ujarnya.

Menurutnya, apapun status seorang guru di sebuah sekolah, baik itu sertifikasi, PPPK, maupun honorer, mereka seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama, termasuk etika dalam hal pemecatan.

Ia berharap sekolah tempatnya mengajar dapat diaudit. Hal ini, lanjutnya, tidak hanya soal pengelolaan keuangan, melainkan juga pengelolaan sumber daya manusianya.

“Saya juga berharap ada kejelasan kenapa saya dipecat,” tutup unggahan petisi tersebut.

Hingga berita ini ditulis, 894 orang telah menandatangani petisi yang dibuat Haidar dalam platform tersebut.

Jika target terdekat, yaitu 1.000 tanda tangan, tercapai, petisi tersebut dapat diangkat ke halaman rekomendasi.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru