RUSIA – Setidaknya 3 delegasi yang berpartisipasi dalam perundingan Rusia-Ukraina pada awal bulan Maret ini diduga telah diracun. Salah satunya adalah seorang pengusaha Rusia, Roman Abramovich, yang tidak lain adalah mantan pemilik klub sepak bola ternama asal Inggris, Chelsea.
Dugaan tersebut pertama kali dipublikasikan oleh Wall Street Journal dan Bellingcat pada Selasa (29/3) dini hari waktu Indonesia bagian barat.
Dilansir dari CNBC, Bellingcat sendiri adalah sebuah kelompok jurnalisme investigasi berbasis di Belanda yang mengkhususkan diri dalam pengecekan fakta dan intelijen sumber terbuka.
Ketiga delegasi dikatakan oleh keduanya telah menjadi sasaran dari senjata kimia atau radiasi elektromagnetik ketika mengikuti perundingan yang dilaksanakan di Kyiv, ibu kota Ukraina, pada 3 Maret 2022 lalu.
Abramovich dan dua lainnya yang berasal dari tim delegasi Ukraina disebut-sebut telah “menderita gejala dugaan keracunan”.
Meskipun begitu, bentuk penyerangan yang dimaksud belum dapat dijelaskan hingga sekarang.
Dikutip dari BBC, ketiganya diketahui hanya mengonsumsi cokelat dan air mineral selama perundingan dan indikasi keracunan tidak ditemukan pada delegasi yang lain yang juga mengonsumsi kedua benda tersebut.
Adapun gejala yang dialami ketiganya adalah radang mata serta pengelupasan kulit tangan dan wajah.
Dengan kondisi yang sudah berangsur membaik, Abramovich kembali menjalankan perannya sebagai delegasi yang melakukan negosiasi dalam perundingan-perundingan selanjutnya.
“Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Tatar Krimea Umerov, telah membaik dan hidup mereka tidak dalam bahaya,” lapor Wall Street Journal, Senin (27/3), dikutip dari CNBC.
“Gejala tak mematikan,” tambahnya.
Dilansir dari Kompas, media tersebut juga menulis bahwa pelaku penyerangan yang menimbulkan dugaan keracunan ini adalah agen atau kelompok garis keras Rusia yang tidak menginginkan kelancaran perundingan.
Sementara itu, Bellingcat mengatakan bahwa tujuan dari serangan racun tersebut kemungkinan besar hanya untuk memberi rasa takut kepada para korban.
Hal ini dibuktikan dari dosis atau jenis racun yang digunakan tidak dikategorikan dapat mengancam nyawa.
Terpisah, seorang pejabat Ukraina dilaporkan merasa skeptis dengan berita mengenai hal ini. Pejabat bernama Rustem Umerov itu, yang juga diduga sebagai salah satu dari ketiga korban, mengatakan orang tidak boleh mempercayai “informasi yang tidak diverifikasi”.