21.1 C
Indonesia

Brexit Dan Naiknya Pajak Barang Mewah Menghantui Konsumen Dunia

Must read

Buberry adalah salah satu rumah mode berkelas asal Inggris (Foto: WWD/ THE EDITOR)

INGGRIS – Perdana Menteri Boris Johnson berjanji akan membawa Inggris maju tanpa Uni Eropa. Momen bersejarah ini menurutnya harus dirayakan. Namun Ia tidak menepis ada banyak reaksi yang muncul di Eropa khususnya terkait perundingan dagang.

Setelah Inggris keluar dari Uni Eropa maka guncangan ekonomi terjadi dimana-mana. Tak hanya dipihak Inggris saja, namun di seluruh negara-negara Eropa terutama untuk produk-produk branded alias barang mewah.

Vogue Business mengatakan bahwa beberapa waktu lalu terjadi penundaan penjualan 20-57 barang mewah yang biasa dijual secara langsung di Inggris dan Eropa. Penyebabnya adalah karena belum pastinya status Brexit Inggris saat itu.

Baca Juga:

Dijelaskan bahwa, saat nasib brexit belum diputuskan, pelanggan yang biasa membeli barang mewah di Inggris dan Eropa cemas karena khawatir akan ditagih biaya pajak tak yang terduga. Padahal barang pesanan belum tiba di tangan mereka.

Beberapa perusahaan mewah, seperti department store London Fortnum & Mason dan Kate Spade New York, telah menangguhkan penjualan ke Eropa saat Inggris belum menyatakan keluar secara resmi dari blok negara-ngara Eropa. Pelanggan asal Denmark dan Swedia saat itu tidak lagi dilayani.

Namun, semua konsumen diberi penjelasan bahwa dengan keluarnya Inggris dari negara-negara Eropa, maka perjanjian dagang penjualan barang-barang mewah juga berubah. Kenaikan harga sudah menjadi topik awal pembahasan sebelum pemesanan dilakukan.

Bahkan, beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang mewah juga sempat berhenti untuk sementara. Sementara yang lainnya mengatakan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas bea cukai atau pajak yang akan dibebankan saat membeli produk yang mereka inginkan.

Perusahaan Inggris John Lewis bahkan menangguhkan pengiriman ke Eropa. Sementara Amazon yang menjual secara ecer juga menarik beberapa produk yang dijual di Irlandia Utara, padahal negara ini masih berada dekat dengan teritori Inggris. Robert Ettinger, CEO produsen barang-barang kulit mewah mengatakan Ia bahkan telah diminta untuk menyederhanakan rantai pasok mereka.

Louis Vuitton juga langsung mengambil sikap dengan menunda pengiriman barang ke pelanggan mereka di Inggris selama dua pekan. Sementara Hugo Boss menunda pengiriman sekitar satu sampai dua hari saja.

Mereka semua khawatir biaya pengangkutan menuju Inggris akan jadi lebih mahal saat Inggris resmi menyatakan diri keluar dari persatuan dagang Eropa. Para produsen ini tidak ingin mengambil resiko kerugian di bagian itu.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru