KERINCI – Seorang anak laki-laki asal Kabupaten Kerinci, Jambi, mencuri banyak perhatian dengan tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari anak seusianya.
Ialah Sagil Muhammad Rizky, putra dari pasangan Sabaruddin dan Susi Herlina. Di usianya yang baru 12 tahun, tingginya dilaporkan mencapai dua meter.
Foto-foto yang beredar menunjukkan Sagil berdiri menjulang dengan tubuh tingginya di antara teman-temannya. Ia bahkan lebih tinggi dari orang dewasa.
Perhatian yang diterimanya belakangan ini diketahui bersumber dari viralnya foto-foto tersebut di media sosial. Sagil, yang mengenakan seragam merah-putih, tampak sangat mencolok di antara teman-temannya.
“Iya, Sagil adalah warga Belui. Dia adalah seorang anak kelas 6 SD dengan tinggi 2 meter, dan sekarang dia menjadi viral sebagai anak SD tertinggi di dunia,” kata Yudi Saprianto, paman Sagil, dikutip dari detik.com.
Yudi mengungkap bahwa rekam jejak keluarga keponakannya itu tidak menunjukkan adanya sosok dengan tinggi yang melebihi ukuran normal orang Belui.
Sagil juga, katanya, memiliki asupan makanan yang normal dan tidak berbeda dari orang-orang di sekelilingnya.
‘Keajaiban’ disebut datang pada saat anak itu berusia sembilan tahun dan memasuki kelas dua SD. Tubuhnya tumbuh tinggi dengan cepat.
Beruntung, hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa ia tidak mengidap penyakit tertentu. Semuanya baik-baik saja.
“Alhamdulillah, hasil pemeriksaan dokter, Sagil tidak mengalami sakit. Ini pemberian dari Allah,” kata Yudi kepada Kompas.com.
Dengan tinggi badan yang mencapai dua meter, Sagil dilaporkan memiliki berat lebih dari 90 kilogram. Ukuran sepatunya sendiri berada di angka 52.
Kondisi tersebut terkadang membuat orang tua Sagil kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pasalnya, sang anak membutuhkan berbagai jenis pakaian berukuran besar yang sulit dicari.
Sabaruddin dan Susi pun akhirnya harus merogoh kocek lebih dalam untuk menjahitkannya baju seragam yang sesuai dengan tubuhnya.
Untuk sepatu, mereka harus membelinya secara online untuk mendapatkan ukuran yang pas – dengan harga yang juga tidak murah.
“Kini terpaksa pakai ukuran 50. Jadi kaki Sagil itu nekuk. Jadi sudah robek-robek sepatunya. Kalau mau beli ke luar negeri tentu mahal, bisa jutaan, orangtuanya tak mampu,” jelas Yudi.
Biaya ini belum termasuk pakaian sehari-hari Sagil. Oleh karena itu, Yudi pun tergerak untuk meminta bantuan untuk keluarganya.
“Mohon untuk bantuannya karena orang tua Sagil dengan kerjaan serabutan untuk membeli fasilitasnya, sangat sulit dikarenakan keterbatasan ekonomi,” ungkapnya.