BANDUNG – Kementerian Pertanian (Kementan) membangun DAM Parit untuk Kelompok Tani Cibinbin di Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
DAM Parit yang dialokasikan guna mengaliri air seluas 40 hektare itu berhasil meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) petani dari satu kali tanam dalam setahun menjadi dua kali tanam dalam setahun.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menuturkan, pertanian harus terus berlangsung di tengah kondisi apapun. Hal ini disebabkan peran penting pertanian dalam pemenuhan hak dasar masyarakat, yaitu ketersediaan pangan.
“Kami ingin pertanian bisa terus berproduksi dalam kondisi apapun, termasuk saat musim kemarau dan covid-19,” tutur Mentan SYL.
Untuk itu, ia berharap, DAM Parit bisa dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan bisa berdampak pada peningkatan Indeks Pertanaman.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil juga mengatakan bahwa pembangunan DAM Parit harus bisa meningkatkan produksi pertanian.
“DAM Parit harus dikelola dan dijaga dengan baik oleh petani,” kata Ali.
Terlebih, menurutnya, kini para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Cibinbin mulai merasakan adanya manfaat dari pembangunan DAM Parit.
“Mereka bisa melakukan tanam dua kali dalam setahun dari yang sebelumnya hanya sekali setahun,” kata Ali.
Ali menambahkan, keberhasilan pembangunan DAM Parit ini tentunya tidak terlepas dari peran tim teknis di lapangan.
“Pemilihan teknis lokasi DAM Parit diutamakan pada lokasi yang terdapat parit alamiah, sungai kecil atau saluran drainase yang dapat ditampung dengan debit air memadai,” jelasnya.
Lebih lanjut lagi, air tersebut kemudian dibendung dan dialirkan bagi keperluan irigasi.
Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Kementan Rahmanto menambahkan, DAM Parit menjadi salah satu upaya konservasi air dan antisipasi anomali iklim yang berdampak pada sektor pertanian.
“Adanya konservasi itu mampu mengoptimalkan aliran air dari mata air di sekitar lokasi. DAM Parit berhubungan dengan konservasi air dan menjadi salah satu upaya mitigasi perubahan iklim,” tutur Rahmanto.
