JEPANG – Anjing kerap dianggap sebagai sahabat terbaik manusia. Banyak kisah mengenai kesetiaan anjing pada pemiliknya di media sosial yang selalu menimbulkan perasaan terharu atas hubungan unik dua makhluk hidup ini.
Baru-baru ini, sekelompok peneliti di Jepang mengungkap bahwa anjing peliharaan bisa menangis ketika bertemu dengan pemiliknya setelah terpisah dalam jangka waktu tertentu.
Tangisan tersebut tentunya bukan tangisan sedih apalagi kecewa, melainkan tangisan bahagia atau terharu.
“Kami cukup gembira karena bisa dengan yakin menyebut bahwa anjing, dalam momen tertentu yang emosional bagi mereka, menitikkan air mata haru,” ujar Takefumi Kikusui, salah satu anggota tim penelitian itu, melalui keterangan tertulis, dikutip dari Infakta.
Guru besar kajian interaksi manusia dan binatang dari Azabu University itu memaparkan bahwa penelitian ini diawali dengan adanya indikasi bahwa anjing juga menangis karena perasaan bahagia atau sedih.
Pasalnya, yang selama ini diketahui, tangisan anjing biasanya muncul untuk melindungi retina dari debu dan kotoran.
Kikusui dan timnya pun ingin membuktikan apakah tetesan air mata tersebut bisa muncul karena perubahan emosi yang dialami sang hewan berbulu.
“Kita belum pernah mendengar penemuan bahwa para binatang bercucuran air mata dalam situasi yang menyenangkan ketika bertemu kembali dengan pemiliknya. Kami antusias bahwa ini mungkin jadi penelitian yang pertama,” ungkapnya.
Pengamatan pertama dilakukan pada seekor pudel–namun kesimpulan yang kokoh tidak bisa diputuskan pada tahap ini.
Pengamatan lanjutan dilakukan pada 18 ekor anjing peliharaan dari ras yang berbeda-beda. Interaksi para anjing ketika bertemu kembali dengan majikannya pun turut diamati.
Dilansir dari CNN Indonesia, para ahli menempatkan selembar kertas yang dapat menyerap air mata di sekitar mata hewan tersebut.
Ketika pertemuan setelah perpisahan itu terjadi, sampel air mata benar-benar muncul di kertas yang digunakan.
Data itu pun muncul secara konsisten dan mengungkap bahwa para anjing yang kembali bertemu dengan pemiliknya meneteskan air mata 10 persen lebih banyak daripada anjing yang menangis tanpa alasan yang jelas.
Penelitian dilanjut dengan pemberian hormon oksitosin langsung ke mata 22 ekor anjing.
Di manusia, hormon ini bertanggungjawab atas munculnya rasa empati, kepercayaan, dan cinta.
Pemberian hormon ini di anjing yang diteliti pun nyatanya menghasilkan jumlah air mata yang lebih banyak dari sebelumnya.
Para peneliti menjelaskan bahwa anjing telah memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia melalui kontak mata.
Ketika kontak mata itu terjadi, tumbuh rasa peduli dan sayang dalam diri manusia yang memunculkan keputusan untuk menjaga dan merawat hewan tersebut.
“Anjing telah menjadi partner bagi para manusia dan kita bisa menjalin rasa keterikatan,” tutur Kikusui.
“Dalam proses ini [bertemu kembali], mungkin saja para anjing yang menunjukkan mata yang berkaca-kaca selama interaksi dengan pemiliknya, akan mendapatkan kepedulian yang lebih,” imbuhnya.
Penelitian ini telah diterbitkan di Jurnal Current Biology dan dinilai melengkapi studi yang dilakukan dua tahun lalu, yang mengungkap bahwa anjing bisa memahami berbagai jenis emosi manusia.