20 C
Indonesia

Ada Instruksi Dari Sekretaris Militer Presiden Jokowi Untuk Tidak Orasi dan Temui Kepala Negara Saat Bendungan Lau Simeme Diresmikan. Simak Liputannya!

Sekmilpres berjanji akan undang warga terdampak pembangunan Bendungan Lau Simeme ke Istana Negara

Must read

THE EDITOR – Kisah memilukan masyarakat dari 5 desa yang tanahnya tidak dibayar sesuai dengan harga NJOP untuk pembangunan Bendungan Lau Simeme di Deli Serdang, Sumatera Utara semakin terungkap. Sekretaris Militer Presiden (Sekmilpres) Brigjen Suharyo ternyata pernah berjanji akan mengundang warga terdampak pembangunan tersebut ke Istana Negara. Ternyata, janji tersebut tidak ditepati dan meninggalkan luka dałam di hati warga.

BAGAIMANA KRONOLOGISNYA?

Peter Tarigan, Koordinator Lapangan Aksi Damai Bendungan Lau Simeme, mengatakan kepada The Editor bila Kepala BIN Kodam 1 Bukit Barisan bernama Robert Siahaan menghubunginya pada tanggal 14 Oktober 2024 melalui pesan handphone.

Baca Juga:

Dalam pesan tersebut, Robert Siahaan mengatakan akan menjembatani pertemuan antara warga dengan Presiden Joko Widodo yang rencananya akan meresmikan bendungan pada tanggal 16 Oktober 2024.

Read Also: The Festivities of the Inauguration of the Lausimeme Dam by President Jokowi Leaves Grief for Farmers Whose Land was Inappropriately Paid by the Government

Saat itu, Ia bersama dengan warga lain bernama Muliana diajak untuk bertemu langsung dengan Sekmilpres untuk menyelesaikan persoalan tanah warga yang belum dibayar dengan harga yang layak.

“Tapi, sebelum kami di kirimi pesan permintaan itu, kami, warga desa sudah mengirim surat kepada Polres Deli Serdang untuk memohon diberi kesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi pada saat peremian Bendungan Lau Simeme yang jatuh pada tanggal 16 Oktober 2024,” kata Muliana kepada The Editor pada Rabu (26/2/2025).

Kata Muliana, Robert Siahaan menawarkan untuk warga terdampak bendungan bertemu langsung dengan Sekmilpres di malam itu juga, tepatnya tanggal 14 Oktober 2024.

Muliana, Peter Tarigan dan perwakilan warga desa akhirnya sepakat untuk bertemu di Raja Kopi Medan pada tanggal yang sama. Di sana, Robert yang berpakaian kaos berwarna putih dan celana jeans serta sepatu berwarna hitam ini sudah menanti dan langsung bercengkrama dengan mereka.

Kumpulan warga dari 5 desa di Kecamatan Sibiru-Biru ini tidur di fasilitas umum Bendungan Lausimeme pada Rabu (12/2/2025). Mereka membersihkan area fasilitas dari genangan akibat hujan deras sore tadi (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
Kumpulan warga dari 5 desa di Kecamatan Sibiru-Biru ini tidur di fasilitas umum Bendungan Lausimeme pada Rabu (12/2/2025). Mereka membersihkan area fasilitas dari genangan akibat hujan deras sore tadi (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

Pertemuan ini menurut Muliana diketahui juga oleh Kasat Intel Polres Deli Serdang bernama Kompol Syahrial Efendi Siregar.

“Kami telponan-telponan terus saat itu dengan Kasat Intel dan Kanit Intel Polres Deli Serdang. Jadi, percayalah kami sama Siahaan itu,” katanya.

“Karena Kasat Intel dan Kanit Intel juga ingin memfasilitasi pertemuan kami dengan Sekmilpres. Tapi, setelah ada dihubungi oleh Kepala BIN Kodam 1 Bukit Barisan, akhirnya polisi serahkan ke mereka,” kata Muliana.

SEKMILPRES JANJI AKAN PERTEMUKAN WARGA DESA DENGAN PRESIDEN JOKOWI DI MEDAN DAN AKAN DIBAWA JUGA KE ISTANA NEGARA

Setelah bertemu dan berbincang, Robert Siahaan langsung memfoto Muliana dan Peter Tarigan dengan alasan akan dikirimkan ke tim Sekmilpres.

Sebagai warga biasa, Muliana dan Peter Tarigan menganggap permintaan Robert Siahaan adalah bagian dari protokoler presiden dan langsung mengiyakannya.

“Katanya perwakilan yang ketemu Sekmilpres hanya boleh 2 orang saja. KTP kami juga di foto untuk dikirimkan oleh Robert Siahaan itu,” tambah Muliana.

Percaya dengan Robert Siahaan, akhirnya, malam itu juga, Muliana dan Peter Tarigan bertemu dengan Sekmilpres di salah satu gedung yang berada di Jalan Listrik, Medan, Sumatera Utara.

“Saya lupa nama gedungnya, tapi saat masuk sudah ada 10 pria dengan pakaian bebas jaga pintu. Tas dan HP saya harus saya tinggalkan, tidak bisa dibawa masuk,” katanya.

Di ruang rapat lantai 1 itu, Muliana dan Peter Tarigan telah ditunggu oleh 2 orang pria yang salah satunya mengaku sebagai Sekmilpres dengan nama Brigjen Suharyanto.

Hujan deras membanjiri fasilitas umum tempat warga dari 5 desa di Kecamatan Sibiru-Biru tinggal baik siang dan malam. Tempat ini tidak dilengkapi dengan dinding pembatas dan lantainya tidak dibuat terlalu tinggi sehingga saat hujan deras area ini langsung digenangi air (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
Hujan deras membanjiri fasilitas umum tempat warga dari 5 desa di Kecamatan Sibiru-Biru tinggal baik siang dan malam. Tempat ini tidak dilengkapi dengan dinding pembatas dan lantainya tidak dibuat terlalu tinggi sehingga saat hujan deras area ini langsung digenangi air (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

Dari penuturan Peter dan Muliana, diketahui bila Brigjen Suharyanto berjanji akan mengundang warga desa terdampak ke Istana Negara usai peresmian bendungan. 

Namun, agar pertemuan bisa dilakukan dengan baik, Sekmilpres juga meminta agar warga desa tidak melakukan orasi saat peresmian bendungan dilakukan dan tidak menemui langsung Presiden Jokowi.

“Katanya kami jangan melaksanakan orasi. 2 atau 3 hari akan kami undang ke Istana untuk menetapkan harga tanah tersebut,” kata Peter Tarigan menirukan kata-kata Brigjen tersebut.

“Tunggu saja. Berkas kalian ini kami kasih ke Pak Jokowi” kata Muliana lanjut menirukan kata-kata Brigjen Suharyanto malam itu.

Kata Peter Tarigan, malam itu Ia dan Muliana sangat bahagia dengan janji dari Brigjen Suharyanto tersebut.

Pukul 23.00 WIB, keduanya pulang dan memberi kabar baik itu kepada teman-temannya yang sudah menunggu di Deli Serdang.

Baca Juga: Memilih Tetap Bertahan. Ngaku Sembiring Tidak Takut Desanya Akan Ditenggelamkan Oleh Bendungan Lau Simeme

JANJI SEKMILPRES TIDAK PERNAH TERWUJUD HINGGA SEKARANG

Karena percaya pada janji Sekmilpres tersebut, Muliana dan warga desa yang terdampak pembangunan bendungan akhirnya menanti dengan bahagia di rumah mereka masing-masing di saat peresmian bendungan dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2024.

Puluhan warga dari 5 desa sudah bertahan selama 5 bulan di fasilitas umum Bendungan Lausimeme untuk menyampaikan protes kepada pemerintah atas harga tanah yang dianggap tidak adil bagi mereka (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
Puluhan warga dari 5 desa sudah bertahan selama 5 bulan di fasilitas umum Bendungan Lausimeme untuk menyampaikan protes kepada pemerintah atas harga tanah yang dianggap tidak adil bagi mereka (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

3 hari setelah peresmian, Muliana dan Peter Tarigan akhirnya menghubungi Robert Siahaan yang menjadi perantara pertemuan mereka dengan Sekmilpres. Tujuannya untuk mengingatka janji Sekmilpres tersebut.

Robert Siahaan tidak pernah mengangkat telepon mereka. Padahal, Robert Siahaan kenal baik dengan Peter Tarigan. Jadi, Muliana dan warga lainnya tidak pernah menaruh curiga sedikitpun.

“Kami sudah ditipu mentah-mentah oleh mereka,” ungkapnya.

“Tapi sampai sekarang tidak pernah dipanggil dan nomernya pun tidak bisa dihubungi lagi,” lanjut Muliana pedih.

“Setelah peresmian kami telpon-telpon Siahaan (si perantara) itu tidak masuk-masuk,” tutup Muliana.

Baca Juga: Dalam Penentuan Harga Tanah Warga Terdampak Bendungan Lau Simeme, KJPP MBPRU Pakai Undang-Undang Yang Sudah Tak Berlaku. Simak Liputannya!

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru