IRLANDIA – Universitas tertua di Irlandia memutuskan bahwa perpustakaannya tidak akan lagi menggunakan nama filsuf George Berkeley karena sosoknya memiliki hubungan dengan perbudakan.
Trinity College Dublin (TCD) mengatakan akan “mengubah nama” Perpustakaan Berkeley karena “dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai inti universitas”.
Meskipun begitu, mereka akan terus mengajarkan karya-karya Berkeley kepada para siswa.
Melansir BBC, keputusan tersebut diambil setelah TCD memulai penyelidikan selama dua tahun terkait hubungannya dengan perbudakan dan Kerajaan Inggris.
Pihak universitas mengatakan bahwa lukisan dan penghargaan lain yang terkait dengan sang filsuf juga akan ditinjau.
Beberapa universitas di Inggris Raya juga telah melakukan penyelidikan terkait hubungan bersejarah mereka dengan perbudakan.
George Berkeley adalah Uskup Cloyne Anglikan pada abad ke-18 dan pustakawan di Trinity, yang didirikan pada tahun 1592.
Dia adalah Dekan Anglikan dari Derry pada tahun 1724.
Berkeley menjadi salah satu filsuf paling terkenal di dunia dan karyanya hingga kini masih dipelajari secara luas.
Perpustakaan di TCD dinamai menurut namanya pada tahun 1978.
Menurut TCD, Berkeley juga “membeli budak–bernama Philip, Anthony, Edward, dan Agnes Berkeley–untuk bekerja di perkebunan Rhode Island miliknya pada 1730–31 dan berusaha memajukan ideologi untuk mendukung perbudakan”.
Akibatnya, pihak universitas akhirnya memutuskan untuk “mengganti nama” perpustakaan Berkeley dan keputusan tersebut segera berlaku.
TCD belum memutuskan nama baru untuk perpustakaannya.
“Potret-potret yang menggambarkan Berkeley akan dinilai di masa depan oleh kebijakan baru perguruan tinggi secara keseluruhan tentang karya seni, sementara medali emas akademis yang memperingati Berkeley akan ditinjau oleh departemen akademik terkait,” kata universitas tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Keputusan ini mewakili pendekatan bernuansa dan merupakan hasil dari pertimbangan cermat dan analisis terperinci.
“Trinity memutuskan bahwa melanjutkan penggunaan nama Berkeley di perpustakaannya tidak sejalan dengan nilai-nilai inti universitas tentang martabat manusia, kebebasan, inklusivitas, dan kesetaraan.”
Masih penting sebagai ‘penulis dan filsuf’
Disebutkan dalam pernyataannya, pergantian nama ini tidak menyangkal pentingnya sosok Berkeley sebagai penulis, filsuf, “dan tokoh intelektual yang menjulang tinggi”.
Karya filosofisnya juga masih akan diajarkan di universitas tersebut dan dinilai tetap memiliki relevansi kontemporer yang signifikan.
“Proses terpisah akan menentukan apa nama baru untuk perpustakaan itu,” tegas TCD.
Adapun keputusan besar ini diambil setelah penyelidikan dan konsultasi oleh Kelompok Kerja Tinjauan Warisan Trinity.
Selain rencana mengganti nama perpustakaan, Trinity juga baru-baru ini mengembalikan sisa-sisa manusia, termasuk 13 tengkorak, ke pulau Inishbofin di Irlandia setelah dilakukannya penyelidikan oleh kelompok kerja tersebut.
Sumber: BBC