JAKARTA – Tupperware, perusahaan multinasional terkenal yang memproduksi wadah makanan, dikabarkan tengah menghadapi ancaman kebangkrutan. Ancaman itu diprediksi akan terjadi jika perusahaan tak segera mendapatkan dana tambahan.
Kondisi ini menyusul saham perusahaan yang anjlok hingga 90% dalam setahun terakhir, yang berujung pada tidak cukupnya dana untuk menjalankan operasinya.
Pada Senin (10/3) kemarin, saham perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper itu kembali anjlok sebesar 50%.
Melansir CNBC Indonesia, itu terjadi setelah para investor diberi tahu bahwa ada “keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya”.
Menghadapi situasi ini, CEO Tupperware Miguel Fernandez mengatakan perusahaan berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Selain itu, dilakukan juga peninjauan portofolio real estate-nya sebagai upaya penghematan uang yang lebih potensial.
“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” jelas Fernandez, dikutip dari CNN.
Berdiri sejak 77 tahun yang lalu, Tupperware disebutkan tengah berhadapan dengan berbagai ujian yang datang bersama tuntutan zaman, yang membuat persaingan kian ketat.
Analis ritel dan direktur pelaksana di Global Data Pengecer, Neil Saunders, mengatakan bahwa salah satu masalah yang selama ini merugikan Tupperware adalah jumlah penjualan yang turun tajam.
“Beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda,” katanya dikutip dari CNN Indonesia.
Saunders juga menambahkan kalau Tupperware sudah berada dalam “level genting” secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan.
Di sisi lain, aset perusahaan terus mengecil dan membuat perusahaan tidak memiliki banyak cara untuk mengumpulkan uang.
“Perusahaan ini (Tupperware) dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” tutupnya.
Baca juga: Twitter Jual Barang-Barang di Markasnya, Mulai dari Mesin Kopi hingga Meja Konferensi