THE EDITOR – Pengamat Transportasi Darmaningtyas menolak keras penghapusan layanan Transjakarta koridor 1 dengan rute Blok M – Kota.
Sebagaimana diketahui, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan bila pihaknya bakal menghapus layanan Transjakarta Koridor 1 karena dianggap bersinggungan dengan jalur MRT (Lebak Bulus – Kota).
Salah satu alasan yang ia kemukakan adalah untuk efisiensi anggaran PSO (Public Service Obligation) yang diberikaan oleh pemerintah dengan menyediakan cukup 1 karena rute Transjakarta koridor 1 dinilai olehnya bersinggungan 100 persen dengan jalur MRT jurusan Lebak Bulus-Kota.
KADISHUB DKI DIANGGAP TIDAK TAHU KONDISI DI LAPANGAN
Darmaningtyas menilai ide Dinas Perhubungan DKI Jakarta sangat konyol dan tidak tepat karena Kadishub dianggap tidak tahu kondisi di lapangan dan tidak tahu karakter pengguna dua moda transportasi itu.
“Ini jelas langkah yang tidak tepat, untuk tidak menyebut konyol. Kadishub dipastikan tidak tahu kondisi lapangan, termasuk kondisi pelanggan MRT dan Transjakarta (TJ). Kalau memahami kondisi atau karakter pelanggan MRT dan TJ tentu tidak akan mengeluarkan pernyataan tersebut,” ungkapnya dalam keterangan yang diterima oleh Redaksi The Editor pada Minggu (23/12/2024).
Bedanya, lanjut Darmaningtyas, pelanggan Transjakarta umumnya dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sementara pelanggan MRT sudah umum diketahui berasal dari kalangan menengah ke atas.
“Dari aspek social ekonomi, pelanggan MRT memiliki kelas social ekonomi yang lebih tinggi, terlihat dari penampilan fisiknya yang lebih glowing, jenis pakaiannya yang rata-rata bermerk, farfum yang digunakan, maupun tentengan tasnya. Sangat jarang (boleh dikatakan tidak pernah terlihat sama sekali) pelanggan MRT menenteng tas plastik (tas kresek) atau kardus. Tapi terlalu mudah menemukan pelanggan TJ membawa tentengan tas kresek atau kardus,” katanya.
Dari aspek sosial ekonomi ini saja,kata Darmaningtyas, sangat tidak realistis memindahkan pelanggan Transjakarta ke MRT karena saat mereka dipaksa pindah ke MRT karena layanan Transjakarta Koridor 1 dihapuskan, maka mereka akan pindah ke sepeda motor, maka situasi ini dianggapnya akan memperburuk kondisi lalu lintas ibukota yang sudah macet.
“Dan ini jelas suatu kekonyolan yang tidak terampuni,” katanya lagi.
Dari segi harga, Darmanigtyas mengingatkan pemerintah bila harga tiket MRT jauh lebih mahal dibandingkan dengan Transjakarta. Saat ini harga tiket MRT dengan rute Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel indonesia mencapai Rp14.000.
Diperkirakan bila stasiun MRT sudah mencapai Kota, Damraningtyas memprediksi harga tiket kemungkinan akan melonjak ke angka Rp30.000.
Sementara itu, tiket Transjakarta koridor 1 dengan rute Lebak Bulus -Kota hingga saat ini tetap di angka Rp3.500. Bila pun naik di tahun 2027 mendatang, maka kemungkinan masih bertengger di harga Rp5.000.
“Dengan (perbedaan) tarif sebesar itu, jelas tidak mungkin terjangkau oleh pengguna Transjakarta. Tarif itu terjangkau bagi pengguna mobil pribadi,” katanya.
MENYAYANGKAN SIKAP KADISHUB
Darmaningtyas menyayangkan sikap Kadishub DKI yang dianggap tidak memikirkan solusi lain dalam menyelesaikan koridor yang bersinggungan antara Transjakarta dan MRT ini.
Ia mengingatkan Kadishub bahwa kajian pemindahan pengguna mobil pribadi ke angkutan umum sudah dikaji selama 15 tahun. Tak hanya itu, aturan kajian ini juga menyasar hingga harga tarif parkir tengah kota yang dibuat mahal, aturan tidak bisa parkir di bahu jalan dan harga BBM yang dinaikkan bagi pengguna kendaraan pribadi .
“Kebijakan-kebijakan yang sudah lebih dari 15 tahun digodok dan dikaji, seperti misalnya tarif parkir tengah kota yang mahal, tidak boleh parkir di badan jalan, dan harga BBM untuk kendaraan pribadi yang mahal, saatnya untuk diimplementasikan. Kalau menghapus layanan Koridor 1 jelas bukan kebijakan yang cerdas, dan bertentangan dengan Pembangunan MRT itu sendiri yang sejak diwacanakan untuk memindahkan pengguna kendaraan pribadi, bukan memindahkan pengguna angkutan umum lainnya,” katanya.
SUDAH PERNAH PROTES KE DIRJEN KEMENHUB
Ide penghapusan Transjakarta koridor 1 ini, kata Darmaningtyas, pernah muncul di tahun 2010 lalu. Namun, ia mengaku langsung mengajukan protes ke Kementerian Perhubungan dan direspon positif.
“Dan langsung direspon bahwa tidak ada rencana penghapusan rute BRT Koridor 1 karena akan saling melengkapi. Ironisnya sekarang pernyataan tersebut justru muncul dari Kadishub DKI Jakarta yang memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan jumlah pengguna angkutan umum menjadi 60% pada tahun 2030 tersebut,” ungkapnya.
Menghapus layanan TJ Koridor 1, di mata Darmaningtyas, jelas akan menurunkan jumlah pengguna angkutan umum dan akan menaikkan pengguna kendaraan pribadi, utamanya motor.
Kontribusi Koridor 1 dalam memfasilitasi mobilitas warga Jabodetabek setiap harinya cukup tinggi, yakni mencapai angka 66.000 orang pada hari kerja. Kalau 50% warga Jakarta kembali naik kendaraan bermotor karena tidak mampu naik MRT, maka akan menambah keruwetan Kota Jakarta.