INDIA – Sebuah pesawat Perang Dunia II yang hilang telah teridentifikasi di kawasan terpencil Himalaya di India.
Penemuan ini terjadi hampir 80 tahun setelah kabar tentang jatuhnya pesawat itu terdengar. Lebih lanjut lagi, kabar tersebut menyebutkan bahwa tidak ada yang selamat.
Pesawat angkut C-46 membawa 13 orang dari Kunming di Cina selatan.
Pesawat kemudian menghilang dalam cuaca badai di atas bentangan pegunungan negara bagian Arunachal Pradesh pada minggu pertama tahun 1945.
“Pesawat ini tidak pernah terdengar lagi. Menghilang begitu saja, ”kata Clayton Kuhles, seorang petualang AS yang memimpin misi ini.
Kuhles melakukannya setelah mendapat permintaan dari seseorang bernama Bill Scherer, putra dari seorang perwira yang ada di dalam penerbangan malapetaka itu.
Ekspedisi memakan waktu berbulan-bulan. Kuhles dan tim pemandu dari kelompok etnis Lisu lokal harus mengarungi sungai setinggi dada dan berkemah di suhu beku di ketinggian.
Tiga pemandu meninggal karena hipotermia pada tahap awal perjalanan, saat berkemah selama badai salju September lalu.
Tetapi tim akhirnya menemukan pesawat di puncak gunung yang tertutup salju bulan lalu.
Mereka mengidentifikasinya dengan melihat puing-puing dengan nomor ekor.
Bagian pesawat yang tersisa tidak menunjukkan adanya jejak manusia yang bertahan hidup.
“Yang bisa saya katakan adalah bahwa saya sangat gembira, hanya mengetahui di mana dia berada. Ini menyedihkan tapi menggembirakan,” kata Scherer kepada kantor berita AFP melalui surel dari New York.
“Saya tumbuh tanpa ayah. Yang bisa saya pikirkan hanyalah ibu saya yang malang, mendapatkan telegram dan mengetahui suaminya hilang dan dia ditinggalkan bersama saya, seorang bayi laki-laki berusia 13 bulan.”
Ratusan pesawat militer Amerika Serikat dikabarkan hilang di sekitar medan perang di India, Cina, dan Myanmar selama Perang Dunia II.
Sementara tembakan dari pasukan Jepang menyebabkan beberapa kerugian pesawat, Kuhles mengatakan mayoritas diyakini telah jatuh oleh kerusakan es, angin badai, dan kondisi cuaca buruk lainnya.
Sumber: Al Jazeera