THE EDITOR – Menjelang Liburan Idul Fitri, nilai tukar rupiah terpantau terus anjlok hingga ke angka Rp 16.611 Per Dolar Amerika di hari ini, Rabu (26/3/2025).
Kondisi ini membuat pengamat ekonomi mempertanyakan kinerja Bank Indonesia (BI) di bawah kepemimpinan Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI yang menjabat di posisi tersebut sejak tahun 2018 lalu.
Melemahnya nilai tukar rupiah memang sudah terjadi terus menerus. Selama periode kepemimpinan Gubernur Bank Indonesia di bawah Perry Warjiyo, sejak Mei 2018 sampai sekarang, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi dari sekitar Rp14.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp16.500 saat ini,” ungkap Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) kepada The Editor beberapa waktu lalu.
Kata Anthony, sebagai lembaga inzdependen di luar eksekutif atai pemerintah, maka BI semestinya mampu menyelesaikan persoalan turunnya nilai tukar rupiah ini.
Karena, pemerintah tidak bisa ikut campur dalam urusan moneter, termasuk dalam penentuan suku bunga acuan yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Tren penurunan nilai tukar rupiah ini dianggap Anthony sebagai bentuk kegagalan Perry Warjiyo dalam menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi terus menerus.
“Kalau melihat tren seperti ini, kemungkinan kurs rupiah akan tembus Rp17.000 sangat besar, bahkan bisa lebih buruk dari itu,” ungkapnya.
Ia berharap Gubernur BI segera mengambil kebijakan agar arus kurs rupiah menguat.
Anthony berharap pemerintah tidak memberikan janji manis melalui pernyataan-pernyataan kontroversi yang menyiratkan seolah fundamental ekonomi Indonesia sangat bagus.
Bila memang sebagus itu, Anthony meminta agar Gubernur BI segera bertindak melalui kebijakan baru karena sejauh ini Ia belum melihat gerak cepat dari BI untuk menghentikan tren penurunan ini.