TANEH KARO – Perayaan Pesta Bunga dan Buah yang seharusnya menjadi ajang bagi masyarakat Suku Karo untuk berbahagia justru berubah jadi kegiatan yang mengundang tanya. Pasalnya, tarian pembuka festival yang berlangsung setiap tahun ini tidak menggambarkan kebudayaan Karo sedikitpun, melainkan kebudayaan suku lain.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang festival yang membuat banyak masyarakat gerah ini, Redaksi The Editor mewawancara Pengamat Budaya Justin Bangun.
Pria lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini mengaku cukup kaget dan menilai pemerintah Kabupaten Karo sangat bobrok.
Hal pertama yang Justin komentari adalah tentang ketidakmampuan festival tahunan ini mendorong penjualan bunga dan buah selama kegiatan berlangsung.
Dari hasil pengamatan Justin, diketahui ternyata masyarakat hanya dihadapkan pada kemacetan lalu lintas karena acara hanya dipusatkan di satu tempat saja.
Padahal, sebutan festival bunga dan buah sebenarnya berlaku di seluruh Kabupaten Karo yang berada di Sumatera Utara.
“Seandainya bentuk acara festival itu tidak menumpuk di Berastagi, konsentrasi massa akan terurai dan kemacetan lalu lintas tidak akan parah di setiap kecamatan yang dekat dengan Berastagi, seperti Kecamatan : Dolat Rayat, Tiga Panah, Simpang Empat, dan Kabanjahe,” ungkapnya.
“Untuk pertunjukan acara seni dan budaya bisa dipusatkan di Desa Lingga, Seberaya dan Dokan. Untuk pameran bunga dipusatkan di sentra penghasil bunga (Desa Raya). Sedangkan untuk festival penghasil buah (jeruk, terung jepan dan markisah) di Kecamatan Merdeka. Buah Naga, salak, alpukat di Kecamatan Payung & Tiganderket dan lain-lain. Dengan cara ini pasti petani akan mendapat manfaat secara langsung & kuta-kuta (desa) di Dataran Tinggi Karo semakin dikenal,” tambahnya lagi.
Aneh Saat Kereta Karnaval Peserta Dihiasi Wortel
Panitia yang abai juga terlihat dari kendaraan hias yang diizinkan untuk ikut dalam festival.
Demikian kata Justin saat menanggapi kereta hias karnaval dari Desa Barus Jahe yang menggunakan wortel yang bukan termasuk dalam bagian buah dan bunga.
Sekedar informasi, pemerintah Kabupaten Karo melalui Camat Berastagi juga sempat melakukan kesalahan dengan menggunakan hiasan wortel dalam brosur yang disebarkan secara online.
Brosur ini sempat mengundang tawa dan sindiran dari netijen Karo.
“Hal aneh lainnya adalah ketika kendaraan karnaval Kecamatan Barus Jahe di Pesta Bunga dan Buah dihiasi wortel,” ungkapnya.
“Wortel berasal dari serapan Bahasa Belanda yang arti harafiahnya akar. Adapun wortel untuk konsumsi manusia biasanya digolongkan umbi-umbian atau sayuran, bukan bunga dan bukan buah,” katanya lagi.
“Senasib dengan flyer festival Bunga & buah (Kecamatan Berastagi) ini disertakan gambar bunga kol hanya karena namanya bunga kol atau kembang kol. Padahal komoditi ini sama sekali bukan bunga dan bukan buah, melainkan golongan sayuran,” ungkapnya.
Tari Pembukaan Yang Dipentaskan Bukan Tarian Karo
Justin juga sangat menyayangkan dengan sikap Pemda Karo yang membiarkan tarian pembuka dalam festival ini tidak berasal dari Taneh Karo, melainkan dari Toba.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, salah satu tarian pembuka Festival Bunga dan Buah adalah tarian Si Gale-Gale yang berasal dari Toba.
Sontak komentar masyarakat Karo langsung mempertanyakan hal tersebut.
Tak hanya itu, rombongan dari Kecamatan Merek kedapatan memakai pakaian adat Batak yang tidak termasuk dalam bagian Suku Karo sama sekali.
Padahal Desa Dokan adalah salah satu desa budaya yang menggambarkan seni budaya khas Karo.
“Hal aneh berikutnya adalah rombongan Kecamatan Merek yang mengenakan pakaian adat Batak yang bukan Karo sama sekali. Seolah-olah Desa Budaya Dokan yang masuk ke Kecamatan Merek adalah berbudaya Batak yang bukan Karo. Begitu juga dengan pembukaan acara ini di anjungan Pesta Mejuah-juah yang menampilkan Musik dan Tarian Batak yang sama sekali bukan Karo,” kata Justin.
“Seperti Suku Karo miskin produk budaya, tidak mempunyai tarian dan musik traditionalnya sendiri,” tandasnya.
Justin mempertanyakan wibawa pemerintah Kabupaten Karo selama pelaksanaan festival.
Saat berita ini diturunkan, redaksi tengah berusaha meminta konfirmasi dari Bupati dan Wakil Bupati serta Dinas Pariwisata Kabupaten Karo.