25.9 C
Indonesia

Bukan Jepang, Ledakan Bom Nuklir Terparah Amerika Serikat Terjadi di Kepulauan Ini

Must read

KEPULAUAN MARSHALL – Setahun setelah menjatuhkan bom nuklir di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pemerintah Amerika Serikat kembali meledakkan bom yang bahkan lebih berbahaya di Kepulauan Marshall.

Lebih parahnya lagi, bom itu tidak hanya menghampiri negara kepulauan tersebut sekali, lalu selesai.

Pasalnya, dalam kurun waktu 12 tahun, sebanyak 67 bom nuklir dijatuhkan di area yang sama dengan mengemban nama operasi yang berbeda-beda.

Beberapa di antaranya adalah Operasi Crossroads, Sandstone, Ivy, Hardtack, hingga Operasi Castle.

Dalam Operasi Castle yang dilakukan pada tahun 1954, ledakan Bravo yang terjadi diperkirakan 1.000 kali lebih kuat daripada ledakan bom yang menghancurkan Hiroshima.

Akibat ledakan-ledakan tersebut, penduduk Kepulauan Marshall yang tidak tahu-menahu harus menanggung akibatnya.

Mereka dihujani “bubuk” yang diduga berasal dari ledakan tersebut siang dan malam, pulau dan perairan mereka terkontaminasi zat berbahaya, serta penyakit mematikan menggerogoti tubuh mereka.

“Bayi lahir tanpa tempurung di belakang kepala mereka. Anda bisa melihat otak mereka,” ungkap Neisen Laukon, salah satu penyintas serangan-serangan tersebut, kepada AJ Plus.

Laukon mengatakan bahwa serangan-serangan itu terjadi saat ia masih balita. Dengan begitu, ia sempat tumbuh di tempat yang terkontaminasi zat-zat radioaktif sebelum dievakuasi ke negara bagian Arkansas, Amerika Serikat.

Evakuasi itu sendiri tidak dilakukan oleh pihak Amerika Serikat, melainkan Greenpeace pada tahun 1985.

Amerika Serikat, di sisi lain, mengatakan bahwa mereka tetap bisa tinggal di Kepulauan Marshall yang telah terkontaminasi.

“Saya ingat semua orang sangat-sangat sakit setiap waktu,” tuturnya.

Ia juga mengatakan bahwa beberapa sepupunya meninggal karena kanker yang diduga diakibatkan oleh serangan-serangan tersebut.

Setelah terjadi ledakan, orang-orang Kepulauan Marshall akan diteliti oleh pihak Amerika Serikat tanpa dimintai persetujuan terlebih dahulu.

Sayangnya, mereka tidak pernah mengetahui hasil penelitian-penelitian tersebut.

“Tingkat kanker di Kepulauan Marshall dan di antara komunitas Marshall lebih tinggi daripada di komunitas-komunitas lainnya,” ujar Dr. Sheldon Ricklon, satu-satunya dokter yang berasal dari komunitas Kepulauan Marshall di Amerika Serikat.

“Ketika radiasi menginfeksi sel, menginfeksi gen, DNA, dibanding membuat produk yang normal, mereka akan membuat produk yang abnormal,” paparnya, merujuk pada keadaan para bayi yang lahir setelah serangan terjadi.

Selain itu, lanjut Dr. Ricklon, radiasi dari ledakan bom nuklir akan berpengaruh pada penyakit jangka panjang.

Hingga kini, orang-orang Kepulauan Marshall diketahui masih menanggung rasa sakit tersebut.

Sejarah mematikan ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah Amerika Serikat.

Oleh sebab itu, orang-orang Kepulauan Marshall selalu berusaha agar sejarah ini tetap diingat oleh komunitas mereka sendiri dan juga diketahui oleh orang-orang Amerika Serikat.

 

Sumber: AJ Plus

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru