JENEPONTO – Pemerintah tengah membangun Kabupaten Jeneponto yang berada di Sulawesi Selatan menjadi salah satu sentra peternakan yang berkualitas.
Dalam kunjungannya di pertengahan tahun 2021 lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pihaknya akan memberi bantuan berupa pengembangan kebun kopi, perkebunan pisang, bibit kuda dan anakan kerbau yang bisa dikembangkan untuk pemenuhan pasar nasional.
“Kementan akan mendorong perkebunan kopi, pisang, bibit kuda dan kerbau untuk Jeneponto. Sebab saya lihat hari ini Jeneponto makin baik dan sudah memperlihatkan tren yang bagus. Jadi tanaman padinya jalan, jagung jalan, sayur jalan dan buah buahan juga jalan,” ungkapnya.
Syahrul juga berencana menjadikan Jeneponto menjadi sentra pemenuhan daging untuk ekspor. Agar terwujud, Syahrul sangat meminta agar selurh petani dan peternak di kabupaten tersebut mau menggunakan dana dari kredit usaha rakyat (KUR) pertanian sebagai modal dalam menjalankan usaha ternaknya.
Dinas Pertanian Bidang Peternakan Kabupaten Jeneponto sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 14 September 2021 lalu mengungkapkan bahwa di tahun 2020 terdapat 72.588 populasi kuda, 27.972 populasi sapi, 3.084 populasi kerbau, populasi kambing mencapai 239.921 ekor dan populasi domba mencapai 827 ekor di Kabupaten Jeneponto.
Angka ini menurun drastis dibandingkan dengan tahun 2017 saat program SIWAB masih dilaksanakan, dimana jumlah populasi kuda mencapai 86.366, populasi kerbau mencapai 3.937 ekor, populasi kambing mencapai 215.977 ekor, populasi domba mencapai 756 ekor.
Dari data diatas sangat terlihat bahwa Kementerian Pertanian era Syahrul hanya fokus pada penangkaran hewan-hewan berukura kecil saja seperti kambing dan domba. Sementara sapi, kerbau dan kuda yang menyumbang dagig dalam jumlah banyak justru tidak jadi prioritas.
Masih dari data BPS yang sama, di tahun 2020 lalu terdapat 4.482 ekor sapi yang dibawa masuk ke Kabupaten Jeneponto di periode triwulan 1 hingga triwulan ke-4. Hewan ternak lain yang dibawa masuk adalah 2.775 ekor kerbau, 4.193 ekor kerbau dan 4.149 ekor kambing.
Sementara itu, diperiode triwulan yang sama di tahun 2020 terdapat 4.153 ekor sapi yang dibawa keluar dari Kabupaten Jeneponto. Kemudian, hewan ternak lain yang juga keluar dari kabupaten ini adalah 2.361 ekor kerbau, 2.788 ekor kuda dan 7.720 ekor kambing.
Populasi ternak di Jeneponto mayoritas adalah sapi dengan jumlah ternak terbanyak berada di Kecamatan Rumbia.
Apa Program SIKOMANDAN?
Bagi peternak istilah SIWAB mungkin sudah tidak asing lagi, tapi isitilah SIKOMANDAN mungkin masih agak asing bagi sebagian besar peternak. SIKOMANDAN adalah singkatan dari Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri. Tak berbeda dari SIWAB, program SIKOMANDAN juga ditujukan untu menambah populasi sapi dan kerbau untuk memenuhi produksi daging dalam negeri.
Program ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2020 lalu. Yang membedakannnya dengan program SIWAB adalah pelayanan inseminasi gratis dalam program SIKOMANDAN harus melalui syarat yang harus dipenuhi oleh petani. Syaratnya adalah inseminasi gratis yang diberikan di tahap pertama dan kedua harus dengan catatan ketersediaan straw (bibit ternak) SIKOMANDAN masih ada. Dan, pelaksanaan inseminasi buatan ketiga dan selanjutnya tidak digratiskan.
Dalam program ini, peternak juga mendapat pelayanan pemeriksaan kebuntingan gratis untuk ternak yang sudah mengakses inseminasi buatan SIKOMANDAN.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) selaku pelaksana program di lingkup kementerian pertanian menyebutkan bahwa kebutuhan daging nasional saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri karena pertumbuhan populasi sapi dalam negeri masih rendah atau belum optimal.
Lambatnya pertumbuhan populasi sapi dalam negeri disebabkan karena belum optimalnya manajemen reproduksi ternak sapi ditingkat peternak dan adanya gejala penurunan peforma ternak yang berdampak terhadap penurunan produksi daging.
Dalam tahap kegiatannya, Dirjen PKH mempercepat peningkatan populasi sapi dan kerbau dengan menjalankan program SIKOMANDAN melalui kegiatan Optimalisasi Reproduksi. Sistem ini diyakini oleh pemerintah dapat memperbaiki system pelayanan peternakan kepada masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi dan produksi ternak serta perbaikan sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak melalui sistem aplikasi iSIKHNAS (sistem informasi kesehatan hewan Indonesia).
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Optimalisasi Reproduksi, maka pelaksanaannya dilakukan secara teritegrasi dengan kegiatan pendukung lainnya yaitu pendistribusian semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan reproduksi, penyelamatan pemotongan betina produktif dan penguatan pakan serta peningkatan SDM melalui pelatihan Inseminasi Buatan (IB), Pemeriksa Kebuntingan (PKb) dan ATR.
Langkah operasional untuk mewujudkan keberhasilan Sikomandan dilakukan antara lain :
1. Gerakan optimalisasi reproduksi pada 5,8 juta akseptor yang terintegrasi dengan pengembangan Hijauan Pakan ternak (HPT) pada luasan 2.341 Ha,
2. Penanganan gangguan reproduksi (237.540 ekor)
3. Pengendalian pemotongan betina produktif (4.000 ekor)
Program lain yang dijalankan oleh Ditjen PKH guna mendukung Sikomandan adalah:
1. Penambahan Indukan Impor sebanyak 15.000 ekor yang disebar pada 9 Provinsi Prioritas dan juga pada 6 UPT Perbibitan
2. Integrasi sapi sawit dilaksanakan pada 6 provinsi seluas 150.000 Ha,
3. Memfasilitasi akses KUR (Rp.9,01 T), asuransi ternak (150.000 ekor), dan investasi (Rp.3,80 T)
4. Penanganan Penyakit Hewan Menular (PHMS) sebanyak 5.970.250 dosis,
5. Mensupport program KOSTRATANI (Komando Strategi Pembangunan Pertanian)