AUSTRALIA – Perdana Menteri Australia mengabarkan bahwa negaranya akan menghabiskan 1 miliar dolar Australia (sekitar 10 triliun rupiah) selama sembilan tahun ke depan untuk meningkatkan kualitas air dan aspek lain dari terumbu karang Great Barrier Reef yang sedang sakit.
Para ilmuwan menyambut baik uang tersebut, namun memperingatkan bahwa langkah ini tidak dapat sepenuhnya mengatasi ancaman perubahan iklim yang sangat besar terhadap terumbu karang.
Sebagai negara yang lamban dalam penanganan perubahan iklim di antara negara-negara kaya, Australia sering dikritik karena tidak berbuat lebih banyak untuk mencegah pemutihan karang yang disebabkan oleh laut yang lebih hangat.
Perdana Menteri Scott Morrison berpendapat, investasi baru ini akan memiliki manfaat yang luas.
Uang tersebut akan mendanai proyek-proyek yang bertujuan mengurangi erosi dan polutan yang masuk ke laut.
Upaya konservasi lainnya, seperti memerangi penangkapan ikan ilegal dan bintang laut pemakan karang, juga dapat digalakkan.
“Ada 64.000 pekerjaan yang bergantung pada terumbu itu,” kata Morrison pada hari Jumat (28/1).
“Dan kesehatannya adalah tentang kesehatan ekonomi wilayah itu, serta kesehatan alam wilayah itu.”
Morrison diperkirakan akan mengadakan pemilihan umum pada bulan Mei nanti.
Ia mungkin berharap untuk dapat mempertahankan kursi utama di Queensland, tempat terumbu karang itu berada.
Akan tetapi, rencana mengenai terumbu karang tersebut baru diumumkan beberapa hari sebelum Australia akan memperbarui rencananya untuk melestarikan keajaiban alamnya ke UNESCO.
Tahun lalu, pemerintah Australia berhasil melobi untuk menjauhkan terumbu karang dari daftar resmi situs Warisan Dunia “Dalam Bahaya UNESCO.
Langkah ini kemudian menimbulkan kontroversi setelah peristiwa pemutihan karang berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kritik kembali bermunculan setelah pengumuman hari Jumat kemarin.
Yayasan Konservasi Australia mengatakan peningkatan kualitas air itu penting “tetapi tanpa tindakan iklim, terumbu karang akan hancur”.
Masyarakat Konservasi Laut Australia mengatakan bahwa mengatasi erosi adalah “kesenjangan yang perlu diatasi” tetapi meminta pemerintah untuk “secara drastis meningkatkan ambisi iklim mereka”.
“Saat ini wilayah Great Barrier Reef berada dalam siaga tinggi untuk peristiwa pemutihan besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pola cuaca La Nina,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pemutihan terjadi ketika karang yang tengah berada di bawah tekanan mengeluarkan ganggang yang hidup di dalamnya
Ganggang tersebut lah yang memberi mereka warna dan kehidupan sepanjang hidup karang.
Mereka dapat pulih tetapi hanya jika kondisi memungkinkan.
Australia berkomitmen untuk mencapai emisi nol karbon bersih.
Komitmen itu dinilai terlalu lemah, karena hanya bertujuan mengurangi emisi karbon sebanyak 26% dari tingkat tahun 2005 pada 2030 nanti.
Pemerintah Australia membela diri dengan berargumen bahwa negaranya berada di jalur yang tepat untuk memenuhi komitmennya.
Klaim tersebut dibantah dibantah oleh PBB.
Australia juga menegaskan bahwa perubahan iklim adalah masalah global, bukan hanya negaranya.
Membentang lebih dari 2.300 km di lepas pantai timur laut Australia, Great Barrier Reef adalah salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia.
Sumber: BBC