19.9 C
Indonesia

Begini Bentuk Kesenjangan Sosial di Kota New York

Must read

NEW YORK – Bukan lagi hal yang baru, melihat lebarnya jarak antara mereka yang ‘berpunya’ dengan mereka yang ‘biasa-biasa saja’ atau bahkan ‘tidak punya’. Tidak hanya di Indonesia, jarak itu juga terlihat di negara-negara lainnya bahkan di negara maju sekalipun.

Jarak itu juga akan semakin terlihat lebarnya ketika menyentuh lebih banyak aspek dalam kehidupan, mulai dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier.

Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @real_nychighlife pada 27 Mei lalu mencoba memperlihatkan salah satu contohnya, yaitu perbedaan antara lingkungan di sekitar sekolah umum dan sekolah swasta di New York City, New York, Amerika Serikat, menuju jam pulang sekolah.

Baca Juga:

Mau melihat perbedaan pendapatan di antara sekolah umum dan sekolah swasta di NYC? Lihat apa yang terparkir di luarnya saat jam bubar [sekolah],” demikian bunyi caption pertama yang muncul dalam video berdurasi beberapa detik tersebut.

Barisan bis sekolah kuning untuk mengantar-jemput murid-murid sekolah umum di New York. (Foto: Instagram @real_nychighlife/THE EDITOR)

Dengan menggunakan fitur zoom, video kemudian diarahkan untuk menyoroti sejumlah bis sekolah berwarna kuning yang membentuk satu barisan lurus di pinggir jalan.

Menurut sang pembuat video, itu lah bis-bis yang nantinya akan mengantar pulang para murid di sekolah umum yang tidak dapat pulang dengan subway (kereta bawah tanah).

Sekolah umum memiliki bus sekolah kuning berbaris di sepanjang blok untuk anak-anak yang tidak naik subway untuk membawa mereka pulang, tapi…

Ketika kamera di arahkan ke sisi lain, dapat terlihat ada sekitar tiga baris mobil pribadi yang menutupi sebagian ruas jalan, yang menurut sang pembuat video adalah mobil-mobil jemputan para murid yang bersekolah di sekolah swasta.

Barisan mobil pribadi yang mengantar-jemput murid-murid di sekolah swasta di New York. (Foto: Instagram @real_nychighlife/THE EDITOR)

Sekolah swasta menutupi tiga jalur lalu lintas dengan mobil SUV dengan supir pribadi menunggu anak-anak keluar dari sekolah,”

Hingga tulisan ini dibuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 580 ribu likes dan lebih dari 10 ribu komentar.

Banyak dari komentar-komentar terbaru cenderung mewajarkan hal tersebut, mengatakan bahwa orang tua dari para murid yang bersekolah di sekolah swasta bekerja lebih keras agar anak-anak mereka mendapatkan privilege tersebut–antar jemput dengan mobil SUV.

Kawan, orang-orang Swasta itu membayar sekolah mereka dan sekolah umum dengan pajak, jadi coba lagi dengan pola pikir sosialis itu,” tulis @arbaparsa.

Kalau begitu, ibu dan ayah mereka harus bekerja lebih keras,” tulis @taffy_turtle.

Itu sekolah swasta! Saudara saya membayar dengan banyak uang untuk privilege tersebut. Itu bukan perbedaan, itu privilege yang dibayar,” tulis @jehovahraphaministry.

Dilansir dari My Twin Tiers, sebuah firma hukum yang berbasis di New York City, Parker Waichman, pada tahun 2020 lalu membuat infografis berjudul “Inequality Between The 1% And The 99% In The United States” dan menempatkan New York sebagai negara bagian dengan kesenjangan pendapatan tertinggi.

Dengan menggunakan data dari laporan Economic Policy Institute tahun 2018, infografis tersebut menunjukkan bahwa orang-orang dengan pendapatan tertinggi di New York menghasilkan 44.4 kali lebih banyak dari yang lain.

Kelompok 1% teratas mendapatkan pendapatan $2,2 juta (sekitar Rp332,6 miliar) per tahun, sedangkan sisanya hanya mendapatkan rata-rata $50.000 (sekitar Rp743 juta) per tahun.

Tidak hanya itu, kelompok 1% teratas itu juga membawa pulang 31% dari pendapatan negara bagian, yang merupakan persentase terbesar dari semua negara bagian.

Dengan begitu, jelas ada kesenjangan yang amat terasa di kota besar ini. Istilah “kerja lebih keras” pun sejatinya tidak dapat banyak membantu mempersempit ‘jarak’ yang ada.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru