JAKARTA – Jumlah impor yang masuk ke Indonesia meningkat sebesar 14,82% di periode Juni 2024.
Demikian dikatakan oleh Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M. Habibullah dalam konferansı pers pada Rabu (19/6).
Dalam kesempatan tersebut, Habibullah menjelaskan bila kenaikan impor di periode Mei 2024 meningkat jadi US$ 19,40 miliar dari sebelumnya di bulan April 2024 yang hanya mencapai US$ 16,90 miliar.
Dari penjelasan Habibullah juga diketahui bila kinerja impor paling banyak disumbang oleh minyak dan gas (migas).
Angka yang dicatat oleh BPS untuk migas di bulan Mei 2024 ini mencapai US$ 2,75 miliar.
Meski demikian, impor migas ini turun sebesar 7,91% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,98 miliar.
Sementara itu, Untuk impor non migas terjadi peningkatan di bulan Mei, yaitu mencapai US$ 16,65 miliar, atau meningkat 19,70% bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 13,91 miliar.
Di bulan Mei 2024 tercatat komoditas utama yang diimpor adalah mesin/ peralatan mekanis sebesar 17,37%, perlengkapan elektrik sebesar 13,44% serta besi dan baja mencapai 5,70%.
“Naiknya nilai impor secara bulanan disebabkan peningkatan nilai impor non migas dengan andil peningkatan 16,22%,” ungkap Habib.
Tiongkok masih jadi negara asal utama impor barang-barang non migas ke Indonesia.
Selain itu diikuti oleh Jepang, Amerika Serikat, ASEAN, dan Uni Eropa.
Impor Tahunan Menurun di Periode Yang Sama
Impor tahunan tercatat turun sebesar 8,83%. Dengan rincian impor di bulan Mei 2024 tercatat sebesar US$ 19,40 dan di bulan Mei tahun 2023 turun hingga US$ 21,28 miliar.
Ia menyampaikan, menurunnya impor secara tahunan dipengaruhi menurunnya impor migas sebesar 12,34% dan non migas sebesar 8,23%.
Adapun penurunan impor non migas didorong oleh penurunan komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87), besi dan baja (HS 72), mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84).
