24.2 C
Indonesia

Tersendat Impor, Harga Tahu Dan Tempe Jadinya Melonjak

Must read

Kedelai (Foto: Klikdokter)

JAKARTA – Tahukah anda bila kedelai yang selama ini digunakan sebagai bahan dasar tahu dan tempe di Tanah Air 90 persen bahannya masih harus diimpor dari negara lain. Kenapa harus diimpor?

Harga umumnya selalu menjadi pertimbangan utama bagi konsumen dalam mengakses pangan. Masih hangat diberitakan bahwa pengrajin usaha tahu tempe berteriak dengan harga kedelai yang meningkat hampir 20 persen.

Melambungnya harga kedelai di pasaran, salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan permintaan yang sangat tinggi namun tidak diimbangi dengan ketersediaan dari sisi produksi, sehingga pemenuhan kebutuhan kedelai nasional 90 persen berasal dari impor.

Baca Juga:

Kondisi pandemi Covid-19 dan kebijakan perdagangan global dengan adanya pembatasan perdagangan pangan antar negara berimplikasi terhadap pemenuhan kedelai dalam negeri yang menyebabkan harga kedelai kian meroket.

Disisi lain, ketidakseimbangan permintaan kedelai dalam perdagangan dunia lebih berat mengalir ke negara China yang menjadikannya sebagai negara importir terbesar di Asia setelah pulih dari pandemic Covid-19.

Peningkatan kedelai di negeri bamboo ini, didorong oleh peningkatan permintaan sebagai akibat dari padatnya jumlah penduduk.

Situasi global ini, sedikit banyak mempengaruhi kondisi pemenuhan kedelai nasional, pengaruh peningkatan harga kedelai dunia serta terbatasnya pengapalan menjadi pemicu tersendatnya pasokan kedelai ke Indonesia.

Pemerintah menetapkan harga acuan penjualan tertinggi kedelai impor kepada perajin tahu tempe sebesar Rp6.800/kg (Permendag Nomor 7/2020), namun hasil pemantauan harga di tingkat distributor, harga kedelai impor dapat mencapai Rp10.000/kg.

Kementerian Pertanian tentunya mengambil kebijakan cepat dengan mendekatkan kedelai kepada pelaku usaha dengan harga yang terjangkau dan menjamin pasokan kedelai untuk usaha kecil menengah yang membutuhkannya dengan menggandeng kerjasama para importir kedelai.

Langkah jangka pendek tersebut diharapkan dapat meningkatkan kembali akses pengrajin tahu tempe terhadap kedelai dan menormalkan produksi tahu tempe yang menjadi makanan favorit dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Namun upaya untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan kedelai tidak berhenti sampai jangka pendek saja. Justru yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana mengantisipasi agar ke depan kelangkaan pasokan dan harga yang tinggi tidak terjadi lagi dan apa solusi jangka panjang agar harga dan pasokan kedelai stabil.

Hal ini terjadi karena para pengrajin mogok berproduksi, hingga produk olahan kedelai tahu dan tempe sulit ditemukan di pasar.

Harga kacang kedelai segar di distributor pada Bulan November 2020 Rp7.500 – Rp8.000 per kilogramnya, mengalami peningkatan pada bulan Januari 2021 menjadi Rp9.200 per kilogramnya. Kondisi ini mendorong Pemerintah untuk segera mengantisipasi melalui stabilitas harga kedelai di tingkat distributor.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru